"Apakah kita akan bertemu lagi?" ya, kata itu selalu aku ingat dalam hidupku, suara yang begitu lucu dengan tingkah laku manisnya masih melintas di otakku, apakah aku bisa bertemu dengannya kembali? Mungkin suatu saat nanti aku bisa bertemu lagi dengannya, suatu saat nanti.
CHAPTER I : Myself
Namaku
Tyrrz, seorang Adventurers solo dari Desa
Mana Ridge yang telah lulus belajar
sebagai seorang Priest (Job dalam
teknik penyembuhan dan pertahanan). Perjalananku dimulai ketika aku berhasil
mendapatkan rekomendasi untuk belajar lebih banyak di kota besar Saint Haven, karena perjalanan ke kota
sangat berbahaya karena banyak ancaman keselamatan seperti bandit bahkan
monster jahat yang tidak terduga maka untuk mencapai Kota yang paling aman
adalah dengan menaiki Airship Albartoss,
merupakan pengalaman pertama kalinya aku menaiki kapal udara mewah ini, cukup
melelahkan perjalanan yang aku tempuh namun itu sebanding dengan tujuan hidupku
untuk mencari makna dan menjadi seorang cleric
yang sebenarnya. Setibanya aku di Kota Saint
Haven, aku berhenti sejenak untuk bertanya kepada seorang merchant dimanakah tempat Guild Master Gunther dan tak berapa lama
aku bertanya mereka menunjukan arah ke sebuah Bar ternama di Saint Haven, aku tidak menyangka
ternyata merchant di kota ini begitu baik pada adventurers baru seperti diriku, aku berhasil menemukan Bar itu
cukup mudah sesaui dengan petunjuk yang mereka berikan, dan tanpa pikir panjang
aku bertanya pada pemilik Bar.
“apakah
anda Guild Master Gunther?”
“Benar,
aku Gunther, Guild Master Saint Haven
dan sekaligus pemilik Bar ini, ada yang bisa aku bantu anak muda?”
“aku
dikirim oleh Master Deckard dari Mana Ridge menemuimu untuk..”
“seorang
Cleric utusan Deckard ya, apa kau benar ingin melanjutkan jobmu ke yang lebih
tinggi?” dia memotong pembicaraanku, bicaranya langsung ke topik utama.
“y-ya..a-aku
serius master..” jawabku ragu
“mendengar
suaramu saja aku merasa kau tidak akan sanggup dengan berbagai quest di Saint Haven, dengar nak, jika kau telah sampai disini banyak quest yang harus kau hadapi dengan
serius, nyawa seseorang ada pada tanggung jawabmu untuk melindunginya di sini.”
Entah
kenapa kata-kata tegas Master Gunther
membuat tersadar, aku tidak boleh seperti ini, aku harus bisa lebih kuat lagi,
ini sudah menjadi jalan hidup dan takdirku..maka aku akan berusaha sekuat
mungkin untuk meraihnya.
“aku
SIAP master! aku rela mempertaruhkan jiwa dan raga ini demi menolong sesama!”
jawabku tegas
“bagus,
itu jawaban yang aku tunggu adventurers..baik
sekarang isi formulir ini.. maaf tadi aku hanya mengujimu agar kau tetap teguh
dengan pendirianmu”
Aku
mengambil formulir guild itu dan mengisinya serta menanda tangani kemudian memberikannya
kembali pada Master Gunther, dia
melihat namaku dan tersenyum.
“Tyrrz
A Knot..ku harap kau bisa menjadi penerus generasi pelindung kota ini, aku
berharap padamu anak muda..”
“terima
kasih banyak master! Aku akan berusaha yang terbaik! Mohon bantuannya!”
“baiklah,
sekarang pergidan berikan surat ini pada Guardman
Joey, dia berada di depan Royal Gate,
mungkin ini quest pertamaku padamu”
“baik
master! Sekali lagi terima kasih banyak!” dan aku pun bergegas menuju tempat Guardman Joey berada.
Aku
tersenyum karena perjalananku yang baru akan segera dimulai, dan aku tidak
sabar menanti pengalaman yang telah aku impikan selama ini.
Di
depanRoyal Gate aku melihat seorang guard yang kebingungan, sepertinya dia
sedang melamun, akupun bertanya padanya.
“permisi,
apakah kau Guardman Joey?” tanyaku
namun sepertinya dia tidak mendengarkan ucapanku.
“PERMISI?
APAKAH KAU GUARDMAN JOEY!?” aku
berteriak nyaring di sampingnya
“OW!,
hey kau mengejutkanku! b-benar aku Joey,
ada yang bisa aku bantu?” dia terkejut
“begini,
Master Gunther menyuruhku untuk memberikan
surat ini padamu, apakah kau baik-baik saja?”
“tidak
apa, hanya kepikiran tentang temanku Malcolm,
tak usah dipikirkan,mana? biar aku lihat suratnya” Guardman Joey membuka dan membaca isi surat dari master Gunther.
“jadi
kau adventurers baru datang di kota
ini? Hmm, namamu Tyrrz? Tepat pada waktunya mari ikut aku, aku ada quest untukmu”
“tepat
pada waktunya?”
“ya,
aku dan Malcolm sedang kesusahan
dengan beberapa Quest yang di berikan
oleh para Master di Saint Haven, jadi
kau bisa membantu kami sekarang” dia terlihat merasa lega
“baiklah
Guard Joey, lalu bagaimana sekarang?”
“ah
panggil saja aku Joey, tak usah
terlalu formal,ikut aku dulu, lebih baik kau bersiap-siap dengan perjalananmu
besok”
“baik”
aku mengikutinya dan kami pergi menuju seorang Merchant yang di kenal sangat pelit namun hanya dia yang punya
barang-barang menarik yang berguna untuk adventurers.
“Hai
paman Pero?”
“owh
hai Joey, ada yang bisa kubantu?”
“apa
kau ada menjual Healing dan Mana potion yang murah?
“yang
murah? Hahaha tentu saja ada di sini, untuk ukuran kecil hanya 5 gold saja”
“5
gold?!I-ini sangat mahal Paman!”
“memang
itu harga pasaran sekarang, dan harga itu tidak bisa ditawar lagi, ambil atau
pergi hahaha”
“bagaimana
kalau 3Gold saja?” Joey mulai berusaha untuk bisa lebih murah.
“tidak
bisa lagi Joey, dari mana aku bisa mendapatkan
keuntungan jika harganya segitu”
“4
gold paman!” Joey masih berusaha lagi sambil mengeluarkan 4 gold dari kantong
uangnya
“ku
lihat ada beberapa silver yang kau simpan lagi kan?” Mata Pero melihat tajam saat Joey mengeluarkan
uangnya.
“sebentar,
ya ada 90 silver paman” jawab Joey
“ya
terjual, terima kasih banyak Joey” dengan cepat Pero mengambil 4 gold dan 90
silver dari tangan Joey
“yosh!
aku mendapatkannya murah!” Joey terlihat
senang.
Aku
hanya bisa terdiam dan bingung bagaimana bisa harga Healing Potion dan Mana
Potion begitu mahal disini dan ada saja yang membelinya. Aku mengamati dan
melihat-lihat dagangan Pero yang
begitu banyak, sebagian besar dagangannya adalah benda-benda untuk eksporasi dungeons semacam ramuan penyembuh dan
beberapa perlengkapan tempur jarak dekat dan jauh, namun ada satu benda yang
membuatku tertarik, mataku terpikat pada Wand
tua (senjata khusus untuk Job Priest) yang sudah usang dimakan oleh waktu
sepertinya dalam keadaan rusak dan tidak bias dipakai lagi.
“kau tertarik pada benda ini?” tanpa kusadari Pero sudah ada di sampingku
“kau tertarik pada benda ini?” tanpa kusadari Pero sudah ada di sampingku
“sebuah
wand yang menarik namun sayang sudah
rusak, apakah sudah lama ada di sini?” aku bertanya pada Pero
“ya
memang senjata itu sudah lama sekali disini, apa kau tertarik?” Pero kembali
bertanya kepadaku
“memangnya
berapa harganya” tanyaku
“untuk
barang yang usang dan rusak seperti ini 10 gold saja aku sudah mendapatkan
keuntungan”jawab Pero.
“hmm,baiklah
aku beli” tanpa pikir panjang aku beli wand
itu, entah kenapa aku begitu tertarik dengan bentuknya yang beda dengan
yang lain.
“terima
kasih banyak semoga harimu secerah keuanganmu hahaha” Pero tertawa lebar
Keadaan
Pasar Kota Saint Haven sangatlah
megah, banyak tawar menawar terjadi di sini, setiap orang pasti menginginkan
dengan harga yang murah. Setelah kami selesai belanja persiapan aku pun
bertanya kepada Joey
“Joey, apa kau tau dimana Blacksmith untuk memperbaiki Wand ini?”
“wah
tepat sekali aku juga ingin ke Blacksmith
untuk mengambil Tombak yang telah kutitipkan kemarin, mari ikut aku” aku
berjalan mengikutinya dan ternyata Blacksmith
tidak begitu jauh dari tempat jualan Pero,
terlihat seorang kakek yang sedang asik menempa senjata dengan bara panas dan
hentakan Palu yang digunakannya.
“Selamat
sore Paman Berlin” sapa Joey tegas
“Ahh
Sore Joey, maafkan aku..” Master Berlin menghentikan pekerjaannya
sejenak dan menghampiri Joey
“ada
apa paman? Apakah ada yang salah?”Joey
kebingungan dengan perkataan Master
Berlin
“Ancient Spear+7 yang kau berikan padaku
kemarin ternyata tidak berhasil naik..”
“tidak
apa paman, nanti aku berikan lagi bahannya untuk kembali kau tempa”
“tidak
bisa, Ancient Spear-mu telah hancur
dan tidak bisa di kembalikan lagi, maafkan aku, memang susah menempa tanpa
perlindungan Jelly dengan tubuh yang
sudah tua ini” Master Berlin
menjelaskan dengan detail.
“apa
kau baik-baik saja Joey?” aku
bertanya kepadanya, Joey tak
bergerak, sepertinya dia sedikit shock mendengar penjelasan Master Berlin, aku pun memegang bahunya
dan ia pun sadar.
“t-tak
apa paman, aku masih punya cadangan di markas meskipun itu masih +3.”
“baiklah
kalau begitu permasalahanya sudah selesai, kau harus bisa memetik suatu yang positif
dari kejadian ini” jelas Master Berlin
dengan tegas
Sementara
Joey masih bingung dengan senjatanya
yang rusak, aku bertanya pada Master
Berlin
“paman,
apa kau bisa memperbaiki benda yang rusak?”
“selama
benda itu merupakan pekerjaan Blacksmith, tentu saja aku bisa memperbaikinya, gahahaha”
Aku
mengeluarkan Wand tua yang rusak dari
tasku.
“sebuah
Wand yang dimakan oleh waktu, biar aku lihat” Master Berlin mulai melihat dengan seksama menggunakan kacamatanya.
“sangat
artistik terlihat dari bentuk dan warnanya yang meskipun telah memudar, sepertinya
ini bisa diperbaiki, biayanya 6 gold, aku jamin ini akan kembali seperti baru”
“wow,
mahal sekali? Apa bisa lebih murah dari itu paman?” Joey berkomentar ternyata dia mendengarkan pembicaraan kami.
“sangat
susah, kau bisa lihat sendiri, benda ini sudah tua butuh energi ekstra agar
bisa dipakai lagi”
“tak
apa paman, asal kau bisa memperbaikinya itu tidak masalah bagiku” aku tersenyum
“baiklah
kalian tunggu disini, aku akan segera menyelesaikannya” perintah Master Berlin
15
menit berlalu Wand itu pun telah
selesai diperbaiki dengan sempurna oleh Master
Berlin.
“ya,
sudah selesai.. kau tahu, aku tidak menyangka bahwa ini Manticore Wand.. salah satu senjata yang sangat langka bahkan susah
untuk didapatkan, dari mana kau mendapatkan benda berharga ini?” Master Berlin bertanya
“aku
membelinya dari Merchant Pero”
jawabku
“gahahaha,
ternyata si pelit itu bodoh juga,ini benar-benar senjata tipe epic yang langka! pakailah dengan baik wand ini, semoga berguna untukmu”
“terima
kasih banyak Master Berlin”
Akhirnya
Aku dan Joey mengakhiri berbelanja
kami di pasar, kami berbincang-bincang dalam perjalanan pulang.
“hahaha,
hari ini cukup menyenangkan! Kau beruntung bisa mendapatkan Wand langka itu!”
“ya,
memang mungkin keberuntunganku hari ini” jawabku tersenyum singkat
“jadi
dimana kau akan tinggal Tyrrz?”
“mungkin
sementara ini aku akan tinggal di penginapan terdekat”
“baiklah,
kita mulai quest utamamu besok saja
agar semuanya terlihat siap, jangan lupapersiapkan dan jaga baik-baik kondisimu
untuk hari esok”
“tentu
saja, selamat malam Joey”
Joey melambaikan
tangannya, diapun melangkah pergi untuk kembali bertugas. Tak berapa lama aku
menemukan tempat penginapan yang tidak begitu jauh dari pusat Kota Saint Haven, sebuah penginapan sederhana
dilindungi oleh pohon besar yang rimbun dan naung bila siang hari, tanpa pikir
panjang aku masuki tempat itu dan menyewa 1 kamar, benar-benar sederhana namun
tenang, tepat sekali sebagai tempat beristirahat dari penatnya seharian
menjalankan berbagai quest nanti.
“sepertinya
aku mulai menyukai kota ini” aku tersenyum dan beristirahat berbaring pada
kasur yang begitu empuk. Aku membayangkan akhirnya aku berhasil mencapai Saint Haven dengan lancar serta
mendapatkan seorang teman baik yang membantuku diawal questyang akan aku jalani esok hari, tanpa terasa mataku terpejam,
suara kotaSaint Haven pada saat malam
hari yang begitu tenang bagaikan lullaby
kecil yang membantu menuntunku untuk tertidur.
CHAPTER II : Quest
Pagi
hari yang cerah diawali dengan kicauan burung yang terdengar dari
ranting-ranting pohon besar di dekat penginapan tempatku tinggal, persiapanku
untuk quest utama sudah selesai,
kulangkahkan kakiku menuju tantangan baru dalam hidup serta selalu aku berusaha
untuk jadi yang terbaik dari hari sebelumnya.
Aku
bergegas pergi menuju ke tempat Joey
yang kemungkinan telah menunggu, sesampainya disana aku melihat Joey sedang berbicara dengan seorang Guardman lain, aku pun mendekat untuk
menyapa.
“Selamat
pagi Joey? Apa aku terlambat?”
“hai
Tyrrz, selamat pagi! Tepat sekali pada waktunya, perkenalkan ini Malcolm dia seorang Guardman sama sepertiku, dan ini Tyrrz, dia cleric yang aku ceritakan kemarin apa kau masih mengingatnya?” Joey memperkenalkanku pada Guardman Malcolm secara singkat.
“hai
Guardman Malcolm, mohon kerja sama
dan bantuannya..”
“panggil
saja aku Malcolm, aku sudah
mendengarmu dari Joey, dan tentu saja
aku mengingatmu, semoga kita bisa saling membantu satu dengan yang lainnya
haha”
Dari
gaya tertawanya dia terlihat sedikit humoris, mungkin akan mudah berteman
dengannya.
Dan
kami pun bersalaman layaknya seorang Ksatria pada umumnya. Tanpa basa-basi Joey menjelaskan Quest apa yang akan kami jalani.
“baiklah,
aku mendapatkan quest baru pagi ini,
yang dibutuhkan hanya 2 orang untuk menyelesaikan quest ini, dan karena aku mendapat suatu quest dari Lady Kayleen maka aku serahkan quest ini pada kalian berdua… dan juga”
“APA?!
KAU MENDAPATKAN QUEST DARI LADY KAYLEEN?!!
KENAPA TIDAK AKU SAJA?!” Malcolm
dengan nada terkejut bukan main memotong penjelasan Joey.
“maaf
teman, quest ini spesial langsung
dari Lady Kayleen padaku dan tidak
bisa di ambil alih oleh siapapun lagi.” Joey
menjelaskan situasinya
“Kenapa
Lady Kayleen? kenapa tidak aku saja
yang kau suruh untuk quest-mu itu?! aku
sangat ingin bertemu denganmu, Chu-Chu-Chu” Malcolm
memeluk tubuhnya sendiri dan bergumam tidak jelas
“umm,
lalu bagaimana ini?” aku bertanya pada Joey
Sementara
Malcolm bergumam tidak jelas, Joey
menarik pundakku dan berbisik
“sebenarnya
quest ini bisa saja untuk semua guardman dan adventurers, namun aku tidak ingin Malcolm berulah lagi”
“berulah?”
aku kebingungan
“ya,
setiap quest yang berhubungan dengan
wanita, pasti kacau jika Malcolm yang
mengerjakannya, dan juga aku tidak ingin menyerahkannya padamu karena kau baru
sampai di Saint Haven” kata-kata Joey ada benarnya juga jadi aku menurut
saja dengan kondisi yang dia sampaikan.
“baik!
Guardman Malcolm dan Cleric Tyrrz, Quest kali ini kalian harus pergi ke Riverwort Wrath dan seperti yang diterangkan pada surat quest ini bahwa kalian harus mencari Bunga
Ice Freesia di daerah Riverwort Wrath dan kemudian serahkan kembali
pada seseorang yang menunggu kalian di Café Saint
Haven.”
“kalau
aku boleh bertanya seperti apa detail klien yang menginginkan bunga ini? Kan
banyak orang-orang yang berada pada café tersebut.” aku bertanya pada untuk detailnya
“hmm,
aku kurang mengenal mereka tapi mereka berkostum aneh dan berbeda dari yang
lain dan seingatku mereka menyebut diri mereka dengan sebutan Game Master atau GM, itu saja yang aku tahu..” Joey
menjelaskan
“ah,
tak usah pedulikan siapa klien kita, yang jelas kita harus menyelesaikan quest
ini dengan segera” Malcolm terlihat
bahwa dia masih kesal sambil mengambil secara cepat surat perintah quest yang ada di tangan Joey.
“ok
sekarang sudah jelas kan? Kalau begitu selamat bertugas!” Tegas Joey
“ya
ya ya, aku iri padamu Joey, kami
berangkat dulu..“ cetus Malcolm
“aku
akan berusaha!” jawabku dengan semangat
“jangan
marah Malcolm, ini sudah kewajiban
kita! Jadi berhati-hatilah kalian!” Joey
memberikan semangat sambil melambaikan tangannya kepada kami.
kami
berjalan menuju pintu gerbang ke pelabuhan Hermalte
karena memerlukan kapal laut untuk pergi ke Riverwort
Wrath.
CHAPTERIII : Ice Freesia
Perjalanan
cukup lama dan jauh menyeberangi lautan luas, cahaya matahari yang terang
memantul di lautan biru membuat semangatku kian membara, namun semua berubah
ketika Malcolm merasa mual dan muntah
tepat didepanku.
“ughh,
maafkan aku, sebenarnya aku ini tahan berlayar, tapi entah kenapa kepalaku pusing
jika berada di atas kapal, ughh” Malcolm
kembali muntah ke laut.
“sepertinya
kau mabuk laut, sudah jangan kau paksakan untuk berdiri, sebaiknya kita duduk
dibagian belakang kapal untuk meringankan rasa mabuk itu”
“b-baiklah,
tolong bantu aku.” wajah Malcolm
terlihat begitu tersiksa namun aku membantunya untuk bisa beristirahat di
bagian belakang kapal karena di belakang kapal goncangan akibat ombak lebih
sedikit dan sampai akhirnya aku hanya bisa menyaksikan dia menderita dengan
mabuk lautnya hingga kapal merapat sampai pada dermaga Riverwort Wrath.
Melihat
kondisi Malcolm yang belum stabil,
aku bertanya kepada awak dermaga dimanakah aku bisa mendapatkan Bunga Ice Freesia yang kami cari dan akhirnya mereka
menyuruh kami untuk pergi ke Lotus Marsh
yaitu sebuah desa rawa yang berpenduduk manusia dan Dromaji.
Perjalanan
menuju desa Lotus Marsh lumayan
memakan waktu karena medan yang kami lalui merupakan jalan setapak yang cukup
susah untuk dijalani karena kondisi alam Riverwort
merupakan rawa, sepanjang jalan Malcolm
selalu mengeluh tidak jelas tentang quest
yang kami lalui karena terlalu susah untuknya namun dalam hatiku perjalanan
hidup ini pasti bisa membuatku menjadi lebih kuat agar bisa melindungi yang
lain.
Setelah
1 jam perjalanan kami lewati menempuh medan rawa hingga sampai juga di desa Lotus Marsh, Malcolm yang selalu mengeluh dalam perjalanan akhirnya duduk
kelelahan, dia membuka bekal dan mengambil 1 kantong berisi air dan langsung
meminumnya sampai habis.
“AKU
SELAMAT!” Malcolm gembira
Aku
hanya bisa tersenyum dan ingin tertawa melihat tingkah lakunya, pantasan saja Joey kewalahan menghadapi sifatnya.
“hey
Malcolm, sepertinya aku akan
berkeliling sebentar mencari informasi dimana kita bisa mendapatkan bunga Ice Freesia, apa kau mau ikut?”
“baiklah,
aku akan menunggumu disini saja”
“………….,
oke, kalau begitu tolong kau tunggu disini, mungkin akan memakan waktu cukup
lama.”
Aku
mengerti Malcolm tidak ingin ikut
karena dia masih kelelahan untuk menjalankan misi dan aku hargai itu, aku pun
bertanya pada orang-orang dan jawaban mereka mengantarku pada seorang gadis merchant bernama Lucita, Seorang gadis manis Dromaji
sebagai merchant di Lotus Marsh.
“permisi?”
“s-selamat
datang adventurers?” gadis Dromaji ini terlihat begitu malu
“apa
kau merchant yang bernama Lucita?” aku bertanya singkat padanya
“benar,
a-ada yang bisa aku bantu?” melihatnya bicara begitu gugup aku langsung
menanyakan apa yang aku cari sehingga tidak mengganggu pekerjaannya.
“aku
hanya mencari bunga Ice Freesia, apa
kau mempunyainya?”
“I-ice Freesia? Umm..” Lucita kelihatan berpikir dan melihat ke
arah dagangannya
“apakah
ada?” aku bertanya sekali lagi
“bunga
itu sangat langka sekali..” tegas Lucita
dengan malu-malu
“jadi
kapan kalian menjual bunga ini lagi?”
“sepertinya
mungkin 1 minggu lagi kami baru menjualnya kembali..”
1
minggu, terlalu lama untuk kami menunggu demi bunga itu, apalagi Malcolm yang tidak ingin terlalu lama
menjalankan quest ini karena medan
yang sangat dia benci.
“apakah
bisa aku mendapatkannya sendiri bunga itu, karena aku sangat memerlukan bunga
itu saat ini?”
“hmm,
kami biasanya mendapatkan bunga itu pada tempat West Armory…”
“kalau
aku boleh tau dimanakah tempatnya itu?” aku bertanya serius
“j-jika
kau dari dermaga, kau bisa menemukan jalan ke West armory sesudah melewati Lotus
Marsh.. ikuti saja jalan setapak menuju ke barat, k-kau pasti akan menemukannya”
“baiklah,
terima kasih atas informasinya”
“s-semoga
keberuntungan berpihak kepadamu adventurers..”
Lucita tersenyum malu padaku
Aku
pun bergegas kembali ke tempat Malcolm
beristirahat dan mendapatinya sedang tertidur di bawah pohon, aku pun segera
membangunkannya.
“ow,
kau sudah datang, kenapa kau begitu lama? Aku menunggumu sampai tertidur disini,
apa kau mendapatkan bunganya?” Malcolm bertanya langsung padaku
“belum,
merchant di sini kehabisan stok bunga
Ice Freesia, tapi aku tahu tempat
dimana kita bisa mendapatkan bunga itu.” tegasku
“apa?
Perjalanan lagi..” Malcolm mengeluh
“berdirilah
Malcolm, kau sudah beristirahat cukup lama”
perintahku dengan santai
“baiklah,
sekarang mau kemana kita?” Malcolm
berdiri dan membersihkan bajunya
“akan
kujelaskan di perjalanan, mari bersiap-siap”
Kami
pun bergegas menuju West armory
dengan santai aku jelaskan detail dimana bunga Ice Freesia bisa di temukan, Malcolm
menanggapi dengan sempurna penjelasanku.Di tengah perjalanan kami menemukan
seekor kucing berpenampilan elegan yang sedang kebingungan, karena begitu aneh
maka Malcolm mendekatinya.
“M-monster
APA INI?!” teriak Malcolm membuat
kucing itu kaget bukan main, dan berlindung di belakangku, dengan nada kaget
kucing itupun membela diri.
“A-aku
bukan Monster! Aku hanya seekor kucing, meow!”kucing itu membela
“AAAA?!
DIA BICARA!!” kami terkejut luar biasa mendengar kucing berbaju ini bisa
bicara. Kucing itu meloncat dan bersembunyi di balik batu sementara aku
menenangkan Malcolm yang tak
henti-hentinya ingin menangkap kucing itu, setelah Malcolm bisa tenang dan
aku ajak kucing itu berbicara.
“tenang
kucing, kami tidak akan mengganggumu, kita bisa bicara baik-baik
kan?” aku bertanya dengan hati-hati agar tidak menakutinya.
“apa
kalian akan membunuhku, meow?” dia masih bersembunyi di balik batu dan sama
sekali tidak terlihat sementara Malcolm
melihat dari kejauhan dan memperhatikanku untuk menarik kucing itu
keluar.
“tentu
saja tidak, kami jauh-jauh datang dari Saint
Haven bukan untuk mencari musuh, kami Adventurers, dan kebetulan bertemu
denganmu di sini” jawabku dengan hati-hati
Kucing
itu pun mulai menampakkan diri dari balik batu besar yang melindunginya, dengan
pelan dia memberanikan diri dan terlihat memberikan muka yang memelas kasihan
kepada kami.
“apa
kau punya nama?” aku bertanya sambil mendekatinya
“masterku
menyebutku Nye Nye,
jadi kalian bisa memakai nama itu untuk memanggilku, meow” dia memperkenalkan
dirinya dengan baik dan aku pun membalas demikian.
“namaku
Tyrrz, dan ini temanku Malcolm” Malcolm menganggukan kepalanya.
“apa
yang kau lakukan di sini Nye Nye?”
aku bertanya padanya karena dia terlihat bingung sebelum kami menemukannya tadi
“masterku..
umm, dia menghilang, meow” jawab Nye Nye
sedih
“hilang?
Apa kamu terpisah dengannya?”
“bukan
meow, aku tidak berpisah dengannya, melainkan dia kabur dari rumah, hei kalian Adventurers bukan? apakah kalian mau membantuku mencarinya,
meow?”
“wowowowow,
tunggu dulu, kau ingin kami mencari mastermu di rawa yang sangat luas ini? Kami
pun juga punya misi yang harus diselesaikan” cetus Malcolm memotong pembicaraan Nye
Nye
“baiklah
jika kalian tidak ingin membantuu, maka aku akan mencarinya sendiri, meow”
dengan patah semangat Nye Nye mulai
ingin meninggalkan kami, aku merasa sangat kasihan dan aku kembali bertanya
padanya lagi.
“tunggu,
kalau boleh tau seperti apa penampilan master-mu itu?”
Nye nye pun berbalik dan menampakan
wajah ceria kepadaku.
“Dia
seorang gadis dengan baju gaun berwarna hitam dan terakhir aku lihat master
mengenakan jubah berwarna biru saat lari dari rumah dan kemudian aku kehilangan
jejaknya disini, meow” jelas Nye nye.
“baiklah,
informasi itu cukup membantu, aku akan mencoba mencarinya, jika kami bertemu
dengannya dalam perjalanan, aku berjanji akan membujuknya untuk pulang”
“waaah
terima kasih banyak!! Kau sangat baik hati tuan.. umm,meow?” Nye Nye kebingungan memanggil namaku
“aku
Tyrrz dan jangan lupakan sahabatku ini Malcolm!”
aku memperkenalkan ulang diri kami padanya
“Terima
kasih banyak tuan Tyrrz dan Tuan Malcolm!”
sambil membungkuk Nye Nye terlihat begitu
bahagia, setelah berbasa-basi kecil dan berpamitan, kami pun melanjutkan
perjalanan menuju West Armory.
CHAPTER IV : Encounter
Kami
sampai pada suatu kuil tua dengan begitu banyak bongkahan batu-batu besar yang
berukir sakral.
“jadi
ini West Armory, tampaknya seperti
tidak ada kehidupan disini, hei Malcolm,
apa kau masih sanggup?” Malcolm terlihat kelelahan dengan perjalanan yg kami
tempuh.
“t-tidak
masalah, lanjutkan saja, aku masih bisa berjalan” seru Malcolm.
Aku
merasakan kejanggalan pada tempat ini, hanya ada kehidupan flora di sini
sedangkan hewan seperti burung, tupai dan fauna hutan lainnya tidak kami
temukan sama sekali.
“apa
kau tidak merasakan keanehan Malcolm?”
“ya,
sepertinya ada yang mengawasi kita tapi aku tidak bisa melihatnya”
Terlalu
sunyi bahkan suara kami berjalan terdengar begitu nyaring, saat aku melihat ke
depan ada gerakan aneh yang bisa aku lihat dari balik dedaunan dan beberapa
saat kemudian melaju sebuah benda tajam mengarah tepat pada Malcolm.
“Malcolm! Awas!!!” aku mendorongnya ke
samping, namun karena begitu cepat sehingga dia tidak bisa menghidari anak
panah itu.
“ARGHH!
Ini perangkap!” Malcolm berteriak
dengan kencang
“Malcolm! Berlindung!” aku menahan
beberapa anak panah dengan perisai dan memasang kuda-kuda untuk pertahanan,
sementara Malcolm berlindung
dibelakangku sambil memegang pundaknya yang berdarah akibat anak panah tadi.
“Light! Strike! Protection!” aku
mengeluarkan beberapa skill untuk
meningkatkan kekuatan serangan, cahaya dan perlindungan, anak panah mulai berhenti
menghujani kami, kuturunkan perisaiku ternyata gerombolan goblin menyerang kami secara berkelompok, sekilas aku melihat
mereka menggunakan senjata-senjata fisik seperti kapak dan beberapa busur dan
panah dari goblin tipe penyerang
jarak jauh.
“Heal!” dengan cepat kugunakan skill penyembuh untuk menyembuhkan luka Malcolm.
“aah,
terima kasih Tyrrz!”
“apa
kau bisa berdiri? Skill penyembuh ini tidak permanen namun akan membantumu
untuk bertarung, bisakah kita mulai serangan sekarang!”
Malcolm berdiri sambil
mengeluarkan tombaknya dan berteriak.
“tentu
saja! aku akan membalasmu goblin! Jangan
meremehkanku! HWAAARGGH!!” Malcolm
menyerang ke depan sementara aku mensupport dari belakang.
“Deep Thrust!” dengan tombak panjang dan
runcing yang digunakan Malcolm, dia
menerjang kawanan goblin itu dari
depan hingga kebelakang dengan brutal.
“jangan
terlalu jauh! Formasi terbaik kita adalah berdekatan bersama!” teriakku dengan
nyaring
sementara
Malcolm dengan brutal menhajar para goblin di kejauhan yang ternyata merupakan
kawanan goblin yang memakai busur
telah mengisi ulang anak panahnya dan siap menembakannya ke Malcolm.
“Lightning Relic!” Sebuah relic besar terhempas dari langit
menghantam kawanan goblin pemanah.
“terima
kasih banyak Tyrrz!” dia kembali mendekat ke arahku, membentuk formasi bertahan
bersama, kawanan goblin pemanah sibuk
dengan relic petir yang telah
terjatuh dari langit, kilatan dan sambaran listriknya mengacaukan para pemanah,
kawanan goblin lain yang menggunakan
kapak mulai menyerang kami secara bersamaan, pertahanan tetap kami lakukan
karena jumlah mereka cukup banyak kemungkinan ada 60 kawanan goblin yang datang
menyerang kami 20 diantaranya adalah goblin pemanah. Malcolm menghujamkan tombaknya terus menerus menangkis serangan dan
membalasnya tanpa henti.
“kalau
begini terus kita akan dipukul mundur oleh mahluk-mahluk buas ini!” teriak Malcolm terdesak
“Malcolm menjauhlah!” Ku arahkan Manticore Wand tepat pada kumpulan goblin, Malcolm segera menjauh dari kawanan goblin yang mengepung kami,
kekuatan aneh terasa dalam genggaman senjata yang baru aku dapatkan ini, ku
ucapkan spell penyerang kearah
kerumunan goblin.
“LIGHTNING BOLT!!!” cahaya kilat halilintar
yang tidak wajar berwarna hitam menyambar kawanan goblin hingga mereka
tersengat dan terbakar, melihat kawanannya terbakar kerumunan goblin yang lain melarikan diri
ketakutan.
“cahaya
a-apa itu? Aku belum pernah melihat skill
cleric berwarna hitam?” Malcolm
kebingungan
“aku
pun tidak tahu, wand ini seperti
memberiku kekuatan ekstra dan aku tidak bisa menahannya” jawabku juga bingung
“ya
sudahlah, kita pikirkan nanti saja, yang jelas mereka semua telah kabur
ketakutan.” Malcolm menepuk pundakku,
Kata-kata Malcolm ada benarnya namun
aku masih bingung, apa ini? Kilat hitam? Bukankah skill yang aku pakai adalah kekuatan cahaya? Pasti ada rahasia dari
Manticore Wand yang aku dapatkan dari
Merchant Pero.
“hey
Tyrrz, apa kau bisa gunakan Heal
lagi?” Malcolm bertanya kepadaku
“maaf,
skill healing tidak bisa digunakan
dengan waktu yang singkat, lebih baik gunakan ini dulu” aku memberikan Healing Potion padanya
“terima
kasih Tyrrz, kau dan perbekalanmu memang telah siap untuk bertarung, bahkan aku
sampai lupa membawa benda seperti ini hahahaha” Malcolm tertawa cukup keras hingga bergema dipenjuru tempat
“Malcolm! tawamu terlalu keras, monster
lain bisa menemukan kita!”
“ah
iya maaf-maaf, kemenangan harus kita banggakan bukan? hehe” jawab Malcolm
“sepertinya
kita harus melanjutkan perjalanan, matahari masih berpihak pada penglihatan
kita”
“meskipun
lelah, mari kita lanjutkan lagi perjalanan ini! hahaha” Malcolm berdiri dan berjalan di depanku, terlihat berbeda dari
pertama kami datang di pulau ini, semangat seorang ksatria kerajaan mulai terlihat
serius dalam misi ini, kami terus maju dan melanjutkan perjalanan bersama-sama.
CHAPTER V : Blue Hooded Cape
Perjalanan
yang cukup jauh, beberapa monster telah kami kalahkan, pertahan yang kami
gunakan cukup ampuh mengatasi semua masalah pertarungan dengan para monster di
daerah ini, namun kilatan cahaya hitam dari senjataku tidak terlihat lagi, kami tetap
menelusuri jalan hingga akhirnya kami sampai di tempat akhir dari West Armory, tak berapa lama kami
mendengar suara teriakan yang tidak begitu jauh dari tempat kami berada, suara
itu terdengar tepat berada di depan kami.
“Kyaaaaaa!!”
“apa
kau mendengarnya Tyrrz?!” Malcolm
berseru padaku
“ya,
seperti suara wanita berteriak, dari arah sana!”
Kami
berlari menuju dimana suara itu berasal yang sepertinya berada di bawah tebing
tepat di depan kami, seorang wanita mengenakan jubah berwarna biru tampak terkepung
dikelilingi oleh goblin dan magical artifact berbentuk magical sword.
“Tyrrz,
lihat itu!” Malcolm mengarahkan
telunjuk tangannya ke tangan wanita berjubah biru itu.
“itu
Ice Freesia! tidak salah lagi!” jawabku
Kawanan
goblin yang kaget dengan kedatangan kami,
beberapa dari mereka mulai mendekati dan mengarahkan kapak besar yang mereka
bawa kepada kami.
“Tyrrz!
Selamatkan dia! Aku akan mengurus mahluk-mahluk beringas ini!” Malcolm berteriak
“baiklah!
aku serahkan padamu!” aku langsung berlari dan meloncat ke arah kumpulan goblin dan mendaratkan perisaiku di atasnya, terhempas namun tepat berada di depan
agar bisa menolong perempuan berjubah biru.
“Lighting Relic!!” “NGUNG, BZZZZZT” suara Relic
listrik yang aku summon dari langit tepat mendarat di kumpulan goblin dan magical artifact sword, mereka terpental jauh dan tersetrum oleh
sengatan listrik yang menyambar dari lightning
relic, namun mereka tidak gentar, mereka kembali maju menyerang, kemudian
aku mengambil posisi menyerang, apapun yang mereka lakukan, aku akan
melindunginya!
“Grand Cross!” seberkas cahaya menyala
berwarna emas berbentuk silang terbang mengarah ke pasukan goblin yang berada di depanku, mereka kembali terpental, jatuh dan
berteriak kesakitan, kumpulan goblin
pemanah ternyata mulai mengarahkan busurnya kepada kami dengan reflek ku
tangkis puluhan anak panah itu dengan perisai yang ada di tangan kiriku.
“agh!”
mereka menghujankan serangan bertubi-tubi meskipun aku berhasil menahannya
dengan perisai tapi tetap saja aku bisa terluka, ingin kugunakan skill heal namun tidak akan bisa dengan
serangan mereka secepat ini, tiba-tiba healing
potion terlempar ke arahku, cairannya menyerap dengan sempurna pada tubuh
ini, aku memalingkan wajah, ternyata perempuan itu yang melemparkannya
kepadaku, luka kecil pulih, aku terkejut melihat wajah seorang gadis manis dengan
bola mata berwarna coklat indah di balik penutup kepalanya, pandanganku hanya
sekilas karena aku harus kembali fokus ke medan perang.
“terima
kasih!” hanya kata itu yang bisa aku ucapkan sekarang.
Tiba-tiba
serangan para goblin terhenti, mereka
seperti ketakutan dan kebingungan.
“ada
apa ini?” lantai tiba-tiba berguncang seperti ada gempa bumi.
“Tyrrz!
Cepat lari!!!” Malcolm dan para goblin berteriak keras lari ketakutan, aku
sadar ternyata di belakang mereka terlihat Golem
raksasa sedang mengamuk berjalan kearah kami.
“Relic!!” aku summon relic untuk menghalau jalan golem tersebut namun ternyata tidak
berpengaruh, dengan mudahnya ia hancurkan relic
seperti mematahkan dahan kecil.
“ayo
ikut aku!”
“ah!”
gadis itu ikut berlari bersamaku
Aku
meraih tangannya, menarik dan mengajaknya berlari menjauh dari amukan golem yang datang ke arah kami, Malcolm tidak terlihat, semoga saja dia
bisa lari menjauh dari amukan golem
itu, aku berhenti, para goblin masih
lari tidak karuan tepat di belakang kami.
“kita
tidak bisa lari terus! berlindunglah di belakangku, Bind Relic!” relic putih
jatuh dari langit tepat di antara para goblin
yang berlari menuju ke arah kami.
“ayo!”
aku kembali menarik tangannya dan segera berlari menjauh
Bind relic merupakan sebuah spell
relic yang tidak mengeluarkan listrik
dan kilat cahaya namun kehebatan relic
ini adalah mampu untuk mengikat monster di sekitarnya sehingga tidak bisa
bergerak dalam beberapa detik. Para goblin
terikat erat sambil menjerit, Golem
besar itu menabrak kumpulan goblin
yang terikat, memperlambat gerakan untuk mengejar kami, memang terlihat
berhasil namun golem tersebut
bertambah marah dan menghancurkan bind relic yang menancap ditanah dengan
mudah, kami terdesak, tidak ada jalan lagi untuk lari dari amukan Golem ganas ini.
“JUMP! Piercing Strike!!” suara keras Malcolm terdengar dari balik Golem, dia meloncat dan menancapkan tombaknya
tepat di pundak Golem sehingga
mengalihkan perhatiannya.
“Tyrrz!
lari!!!” Malcolm berteriak keras dari
atas tubuh golem, tanpa basa basi
kami berlari melewati sisi golem yang
bertambah beringas, tak disangka golem
itu meloncat kemudian menghantamkan tubuhnya kembali ke tanah, guncangan besar
terjadi seperti gempa bumi berskala besar.
“ARGGHHH!!!”
Malcolm berteriak
kesakitan, terjatuh ke tanah namun tombaknya masih menancap di pundak golem itu.
“Malcolm!!!” aku tidak bisa hanya diam
menyaksikan partnerku bertarung sendirian.
“Chain Lightning!” kilat cahaya putih
menyambar tubuh golem dan membuat tubuh golem itu dialiri arus listrik yang
kuat.
“DETONATE!” Petir besar menyambar dari
langit tepat mengenai tombak Malcolm menghantarkan
arus listrik yang dahsyat sehingga membakar tubuh golem hingga membuatnya terjatuh, aku berlari ke arah Malcolm yang tergeletak akibat serangan golem tadi.
“Apa
kau baik-baik saja?!”
“ughh,
tangan kiriku, aku tidak bisa menggerakkannya” Malcolm merintih kesakitan, aku membantunya berdiri dan membawanya
menjauh.
“terima
kasih Tyrrz, sepertinya tangan kiriku ini patah!”
Aku
membuka tas perlengkapan dan kuberikan healing
potion padanya untuk meringankan luka-luka pada tubuh Malcolm, namun diluar dugaan, golem
itu ternyata masih bisa untuk bangun.
“ROAAAAAAARRRRGGG!!!!”
teriakan keras seperti suara gunung yang meletus, sangat nyaring dan
menyakitkan telinga sehingga kami semua harus menutup telinga agar
mengurangi keras suaranya, golem itu mengarahkan pandangannya ke arah
gadis berjubah biru, sepertinya dia lebih tertarik pada lawan yang lebih lemah,
dengan tangan besarnya, dia mengangkat bongkahan batu dan mengambil posisi
untuk segera melemparkan batu besar ke arah gadis itu, aku kebingungan dan
terdesak, tidak bisa berpikir dengan waktu sesingkat ini, berada cukup jauh dari
posisi dimana gadis itu, sementara Malcolm
terluka cukup parah dan para goblin
menuju ke arah kami, jika aku tinggalkan Malcolm
di sini maka para goblin bisa
membunuhnya dan juga aku tidak akan berhasil menolong gadis itu, keduanya tak
bisa aku lakukan secara bersamaan, sepertinya hanya ini batas dari kemampuanku,
aku sangat ingin menjadi kuat agar bisa
membantu yang lain, namun inilah akhir dari takdirku, aku tidak bisa
menyelamatkan semuanya, maafkan aku..
“apa
kau menginginkan kekuatan…”
Aku
terkejut, sebuah suara berbicara padaku diikuti dengan suara kilat petir yang terdengar
di atas langit diselubungi oleh awan hitam, aku bisa merasakan suara angin dan
alam disekitarku dengan jelas.
“apa
ini? Apa yang terjadi?!” tanyaku kebingungan
Tiba-tiba
semua berubah menjadi putih, aku seperti masuk dimensi lain, hanya ada aku dan
sebuah bayangan hitam tidak begitu jelas berada cukup jauh di depanku.
“aku
bertanya padamu, apa kau menginginkan kekuatan?”
“ya!
aku ingin jadi kuat! Aku ingin melindungi semua orang!” jawabku keras.
“kenapa
kau ingin menjadi kuat?” Tanya bayangan itu
“jika
mereka mati disini, maka ini merupakan kesalahanku yang tidak bisa aku lupakan
sepanjang hidupku, sebuah penyesalan kenapa tidak bisa menjadi kuat, aku
menyesal tidak bisa melindungi orang-orang yang ada disekitarku!” jawabku lagi
“kekuatan,
tidak ada yang terkuat di dunia ini, kekuatan hanya sebuah simbol dari
kemampuan, namun keyakinan pada dirimu lah yang bisa berubah menjadi suatu
kekuatan, apa kau memiliki keyakinan?” bayangan hitam misterius itu bertanya
padaku, sekilas aku berpikir selama ini aku hanya menginginkan kekuatan agar
aku bisa menjadi lebih kuat dari sebelumnya namun tidak ada suatu keyakinan
untuk membuat kekuatan menjadi sebuah harapan untuk membantu orang lain.
“keyakinan,
aku memilikinya namun aku selalu ragu, keraguan ini membutakan keyakinanku
sehingga hanya pencarian kekuatan yang aku inginkan, mendengar penjelasan
singkatmu itu kini aku sadar bahwa keyakinan lah yang selama ini harus aku
cari.” jawabku tegas
“kejujuran
dan kesadaranmu telah membuktikan suatu keyakinan padaku, sekarang buktikan padaku,
kuberikan kekuatan ini sebagai bentuk harapanmu demi menolong orang lain, maka
gunakanlah kekuatan ini dengan kebenaran yang kau yakini” bayangan hitam itu berlari
kencang menuju ke arahku, semakin dekat
semakin terlihat bentuknya, sayap hitam dan tanduk merah yang ada di kepalanya,
wujud jiwa Manticore hitam, dia menabrakkan dirinya tepat mengenai tubuhku, ada
yang berbeda dari rasa sebelumnya, seperti perasaan semangat yang baru,
kekuatan baru memenuhi tubuh ini.
“terima
kasih..” hanya kata itu yang bisa aku ungkapkan.
Cahaya
terang menyelimuti seluruh badanku, tubuhku terangkat keatas melayang di udara
dan kilatan hitam meledak dari seluruh penjuru dan membuat percikan petir hebat
tak terkendali.
“Heavenly Judgement!!” Cahaya petir dan
kilat berwarna hitam keluar dari tubuhku semua kilatan dan cahaya itu
menghantam dan membakar serta menghancurkan tubuh Golem seperti mencabik-cabiknya hingga hancur berkeping-keping.
“GRAWWWWWWRRLLLLLL!!”
golem itu berteriak meronta kesakitan.
golem
itu jatuh dan musnah, aku kembali menginjak tanah, tanpa aku sadari aku
terjatuh dan hampir menghantamkan kepalaku ke tanah namun dengan segera gadis
itu berlari kearahku menangkapku agar tidak terjatuh, badan ini seperti tidak
bisa digerakan namun aku masih bisa menahan dengan kedua kakiku, aku mencoba
untuk duduk dan bersandar dipangkuan gadis itu, angin bertiup kencang ke arah
kami, penutup kepala dari jubah berwarna biru itu pun terbuka meskipun
pandanganku tidak begitu jelas namun mataku masih bisa melihat wajah manis
serta air mata membasahi pipinya, terlihat jelas telinga yang berbeda dengan
manusia, dia seorang Elf, aku tidak
bisa berpikir lagi, semua menjadi gelap dan aku tak sadarkan diri.
CHAPTER VI : A Short Night
Cahaya
matahari terlihat redup, angin yang dingin mulai terasa menusuk kulit, hari
berganti menjadi sore hari yang lembab. Badanku terasa berat dan kaku, tak
berapa lama aku membuka kedua mataku yang masih melihat tidak jelas keadaan
dimana aku berada.
“ughh,
dimana aku, kenapa dengan badan ini?” aku bingung kenapa badanku terasa sangat
berat dan aku menoleh dan ternyata,
“EHH?!
MALCOLM?!!” aku terkejut luar biasa,
ternyata dia tertidur di sebelahku dengan memelukku erat sambil bergumam tidak
jelas
“aaa,
ayolah Lady, kau tidak perlu malu begitu padaku, ummm” gumam Malcolm
Dengan
seluruh tenaga yang aku miliki aku berusaha melepaskan pelukannya, aku berhasil
lepas dan melompat menjauh dari tubuhnya, sepertinya dia sedang bermimpi aneh
dan aku menjadi sasarannya.
Suara
tawa kecil terdengar dari balik api unggun, aku melihat seorang gadis Elf berjubah biru dengan warna rambut
biru malam yang diikat 2 dengan pita hitam diatas kepalanya, wajah manis putih
serta matanya yang berwarna coklat terlihat jelas. Ya, aku ingat, dia gadis
yang menolong dan menopangku agar tidak terjatuh. Dengan wajah bingung aku
terus memandanginya tak tau apa yang ingin aku katakan.
“apa
kau sudah merasa baikan?” dia memandangiku dan bertanya padaku dengan nada
suara yang manis
“y-ya,
a-aku baik-baik saja!” apa yang kulakukan? Kenapa aku menjadi gugup di depan
gadis manis ini
“bagus
lah” dia tersenyum padaku
“sebentar,
apa yang kau lakukan disini?” aku bertanya padanya
“badan
kalian sangat berat, tapi aku berusaha mungkin mengobati luka-luka yang ada di
tubuh kalian dengan beberapa Healing
potion.” dia menjawab singkat
“jadi
kau merawat kami?” aku melihat keadaan tubuhku, tanganku penuh perban luka tapi
tidak begitu sakit.
“ya
bisa dibilang begitu” dia tersenyum dan mendekatkan tangannya ke api unggun,
aku baru sadar bahwa hari telah menjadi malam, dinginnya begitu menusuk ke
kulit dan aku ikut duduk mendekatkan badanku untuk menghangatkan badan.
“aku
berterima kasih kalian telah menyelamatkanku, tanpa kalian entah bagaimanakah
yang akan terjadi padaku tadi.” gadis itu menunduk
“tidak
apa, itu memang tugas kami untuk saling membantu.” jawabku yakin
“aku
tidak menyangka ada orang yang sangat berani seperti kalian dan terutama kau,
aku sangat terkejut melihat kekuatanmu begitu dahsyat!” dia menatapku bangga
“a-aku juga tidak mengetahui itu, semuanya terjadi
secara singkat dan aku tidak begitu ingat apa yang telah terjadi” aku sedikit
kebingungan dengan apa yang aku pikirkan.
“jadi
apa tujuan kalian kemari? Apakah sekedar bertualang?” dia bertanya
“kami
berdua Adventurers dan kami di utus
oleh guild Saint Haven kemari
bertujuan mencari bunga Ice Freesia.”
aku menjelaskan secara detail
“bunga?
Ice Freesia?” gadis itu berdiri dan
mendekati seekor hewan yang ada di dekat kami ternyata seekor kuda Putih Snow White Breeze ada di dekat kami,
gadis itu mengambil sebuah bunga dari kantong yang ada di samping tunggangan
kuda, sebuah bunga berwarna biru laut dan bersinar menerangi kelopaknya.
“benar,
itu Ice Freesia yang kami cari.” aku
memandangi dengan seksama bunga itu, ternyata lebih indah dan menawan daripada
gambar yang ada dalam surat perintah kami.
“bunga
biru ini katanya bisa membuat suasana hati menjadi tenang ketika melihatnya,
oleh sebab itu aku kemari mencarinya” gadis itu menerangkan tujuannya, memang
benar, setelah aku melihat bunga itu perasaanku menjadi lebih tenang karena
keindahannya.
“kau
boleh memilikinya” dia memberikan bunga itu padaku secara cuma-cuma
“a-apa
kau yakin? Bukankah kau juga memerlukan bunga ini?” aku bertanya kebingungan
“ambil
saja, ini sebagai tanda terima kasih karena telah menyelamatkanku dari kejadian
tadi” jawabnya dengan tersenyum manis padaku
“aku
sangat menghargai pemberian ini, aku juga mengucapkan terima kasih banyak.”
jawabku tegas
Aku
simpan bunga itu dalam tas perbekalan dan kembali duduk di dekat api unggung
yang masih terus menyala menghangatkan kami. Aku sepertinya ingin mengetahuinya
lebih dalam lagi seperti apa yang dia lakukan disini sendiri, apakah hanya
karena Ice Freesia yang dicarinya?
“hei,
umm, errr.. nona?” aku kebingungan memanggilnya
“panggil
saja aku Harori” dia tersenyum.
“N-nona
Harori, apaka..”
“cukup
Harori saja” dia memotong kata-kataku
dan tertawa kecil
“baiklah..
Harori, kenapa kau ada ditempat
seperti ini? Bukankah sangat berbahaya berjalan seorang diri?” aku bertanya
mengenai kondisinya.
“aku
membaca sebuah buku yang aku temukan di rumahku, di situ aku mengetahui bahwa ada
sebuah bunga yang bisa membuat perasaan ini menjadi nyaman, aku ingin
mencarinya, ingin meyakinkan diriku bahwa bunga itu benar-benar bisa membuatku
terasa nyaman dan terbebas dari semua.” dia menjelaskan, aku mengangguk menerima
kondisi yang dia ceritakan, dia memandang langit malam, seperti ada perasaan
kesepian menyelimuti dirinya, aku mencoba memecah suasana agar dia bisa
tersenyum lagi.
“bebas,
seperti tidak ada halangan dan menentukan apa yang kita mau bukan?” aku mencoba
menarik perhatiannya, dia melihat kearahku.
“seperti
burung yang terbang bebas di atas langit, seperti ikan yang berenang di
samudera yang luas!” aku mencoba menjelaskan lagi
“iya,
kebebasan untuk memilih takdir hidup kita sendiri!” Harori menjawab sambil tersenyum, aku pun merasa lega melihatnya
bisa tersenyum manis lagi.
“namamu,
Tyrrz kan?” Harori menyebut
namaku dengan ragu
“ya,
aku Tyrrz, aku sampai lupa mengenalkan diriku, kenapa kau bisa tahu namaku?”
aku bingung
“aku
mendengar dengan keras temanmu itu berteriak menyebutkan namamu saat pertarungan
menegangkan tadi.” Jawab Harori
tersenyum
“ah,
maafkan aku, baru sekarang bisa memperkenalkan diri, aku Tyrrz dan dia Malcolm” aku kembali memperkenalkan diriku
dan menunjuk Malcolm yang masih
tertidur pulas.
“aku
Harori, maaf telah membuat kalian kesusahan”
dia tersenyum manis, Kami pun tertawa bersama.
Hari
semakin gelap dan aku menyuruh Harori
untuk tidur lebih dahulu sementara aku berjaga mengantikannya yang telah
merawat kami dari tadi, dia tidur berbaring di sampingku.
“Tyrrz?”
“ya?”
aku sambil membenahi api agar terus menyala
“terima
kasih sudah mengajakku bicara dan terima kasih atas pengertianmu.”
“sama-sama
Harori, aku juga berterima kasih atas
kebaikanmu” aku tersenyum karena akhirnya aku bisa membuat perasaannya menjadi
riang kembali, dan waktu malam yang dinginpun kami lewatkan dengan aman dan
damai.
CHAPTER VII : Going Back
Pagi
yang cerah dengan cahaya matahari hangat menembus kuil tua west armory, Harori
bengun lebih awal seperti yang aku duga, kami pun bersiap-siap membenahi bekal
yang ada, sementara Malcolm masih
tidur dengan lelapnya, aku tidak ingin membangunkannya sekarang.
“Tyrrz?”
“ada
apa Harori?” dia mendekat ke arahku,
sangat dekat
“apa
kau lihat itu?” Harori menunjuk ke
arah semak-semak dan aku menoleh.
“Chu~”
sebuah kecupan hangat yang tidak aku sangka, aku hanya bisa terdiam bingung
karena kaget
“terima
kasih untuk segalanya, mungkin kita tidak akan bisa bertemu lagi tapi aku akan
selalu mengingatmu.” Harori tersipu
malu
“sepertinya
aku harus pergi dahulu karena ada sesuatu yang harus kukerjakan” Harori bergegas
“A-aku
tidak akan menghalangimu, kau bebas melakukan apa yang kamu mau.” Harori tersenyum kepadaku sambil menaiki
kuda putihnya
“kau
memang seseorang yang baik.” jawabnya
“A-aku
berharap kita bisa bertemu lagi, Harori..jaga
dirimu baik-baik” Harori beranjak
pergi dengan kuda putihnya sambil melambaikan tangannya, aku hanya bisa membalas
melambaikan tanganku dan melihatnya pergi hingga jauh dan terlihat lagi, aku
berharap bisa bertemu dangannya suatu saat nanti, kecupan ini, meskipun
sekilas, namun tak kan pernah aku lupakan seumur hidupku.
Setelah
aku membenahi bekal perjalanan, akhirnya aku membangunkan Malcolm yang masih tertidur lelap dengan sedikit cipratan air dari
kantong minumanku, dia terkejut dan segera bangun.
“hooaaaam”
Malcolm melihat sekeliling tempat dia
berada dengan kebingungan
“ada
dimana ini? Hei, tanganku, tanganku sudah pulih?” Malcolm menggerakkan
tangannya
“kita
masih di West armory, apa kau ingat
gadis berjubah biru itu? Dia yang merawat kita setelah kejadian kemarin” aku
menjelaskan kondisinya
“aku
harus berterima kasih dengan gadis itu, dimana dia?” Malcolm berdiri dan mencari gadis itu kesana kemari
“dia
sudah pergi lebih dahulu.” jelasku lagi
“sayang
sekali tapi ya sudah lah” Malcolm
terlihat sedikit kecewa
“coba
lihat ini” aku mengeluarkan Bunga Ice
Freesia dari tas perbekalan
“kau
menemukannya! Akhirnya kita bisa kembali ke Saint
Haven!” dia berteriak kegirangan
“ya,
Harori memberikannya padaku”
pandangan Malcolm padaku berubah, dia
Nampak sangat kaget mendengar kata Harori
dengan cepat dia memegang pundakku dan bertanya
“H-harori katamu?!”
“namanya
Harori, dia gadis berjubah biru itu.”
Aku menjelaskan
“HARORI??!!”
teriaknya kencang, wajahnya yang malas berubah menjadi kaget luar biasa
“a-ada
apa denganmu! Hei lepaskan tanganmu” Malcolm
melepaskan kedua tangannya
“apa
kau mengenalnya?” aku bertanya bingung
“semua
orang mengenal Harori! Dia seorang Elf dan seorang Idol terkenal yang
sangat di bicarakan di seluruh pelosok Verathea
ini! Dan dia di sini bersamamu, semalaman, dan kau tidak membangunkanku?” Malcolm berteriak keras, aku terlalu fokus
dengan misi dan pencapaian belajarku menjadi seorang cleric terbaik, jadi aku
tidak ada waktu untuk yang lain.
“kau
sedang dalam masa penyembuhan malam itu dan juga tidurmu sangat nyenyak sekali
jadi aku takut merusak mimpi indahmu” bantahku
“ke
arah mana dia pergi? Aku harus mengejarnya!”
“kurasa
kau tidak akan mungkin bisa mengejarnya, dia menaiki kuda dan mungkin sangat
jauh sekarang dari sini sedangkan kita hanya berjalan kaki.” sepertinya
kata-kataku menghancurkan harapan Malcolm
bertemu Harori, tapi sepertinya aku
bersukur Malcolm tertidur pulas malam
itu, karena entah apa yang akan terjadi jika dia bertemu seorang idol, malam
yang tenang bisa berubah menjadi malam yang memalukan, aku jadi sedikit merasa
lega.
“t-tidak,
Harori-chan..” dia tersungkur di
tanah dan seperti suatu penyesalan besar yang ada dalam dirinya.
“sudahlah
Malcolm, mungkin suatu saat nanti kau
pasti bisa bertemu dengannya.” aku meyakinkannya, dia menoleh kearahku dengan memasang
raut wajah hancur tak beraturan seperti ingin menangis, marah dan menyesal, aku
hanya bisa tertawa melihat kelakuannya
“ayolah, perjalanan kita masih panjang, kau harus mengembalikan semangatmu agar kita bisa sampai di Saint Haven dengan cepat.” akhirnya Malcolm bangkit dan menyadari semuanya
“ayolah, perjalanan kita masih panjang, kau harus mengembalikan semangatmu agar kita bisa sampai di Saint Haven dengan cepat.” akhirnya Malcolm bangkit dan menyadari semuanya
“dunia
memang kejam! Harori! Aku pasti bisa
bertemu denganmu bahkan memelukmu suatu saat nanti!” sebuah pernyataan konyol
yang baru aku dengar dari seorang Guardman
sepanjang hidupku. Kamipun bergegas pergi keluar dari West armory, dalam perjalanan Malcolm
menyadari suatu hal.
“Hei
Tyrrz, apa kau ingat Nye Nye?”
“ah,
aku ingat, kucing yang kehilangan masternya itu kan?”
“kau
ingat warna jubah Harori?”
“b-biru!
Jadi dia..”
“ya!
Harori merupakan Master dari kucing
aneh yang bisa bicara itu! Aku harus menemui kucing itu!”
“hei!
Tunggu aku!” Dengan semangat, Malcolm
berlari cepat menuju tempat dimana kami pertama kali bertemu dengan Nye Nye di gerbang masuk West Armory. Sesampainya di pintu masuk West armory kami terdiam, tidak ada lagi
Nye nye yang kami cari, Malcolm hanya
termenung.
“sudahlah
Malcolm, mungkin dia sudah kembali ke
kota”
“Kesempatanku..
H-harori-chan..” Wajah Malcolm terlihat begitu menderita, kami
terus melanjutkan perjalanan untuk pulang menuju Saint Haven sambil memberi Malcolm
semangat.
CHAPTER VIII : A Hope
Perjalanan
cukup lama kami tempuh dengan penuh perjuangan dan kesabaran, meskipun Malcolm kembali mabuk laut tapi akhirnya
kami sampai juga di dermaga Herlmalte
dengan selamat.
Pintu
gerbang Saint haven terbuka kami
terus melangkah menuju Café dimana Klien kami telah menunggu. Di depan café Saint Haven, banyak orang sedang duduk
santai menikmati minuman dan saling berbincang-bincang. Aku lihat sekeliling
café dan langsung terlihat kumpulan orang yang mengenakan pakaian lain dari
yang lain, kami segera menuju ke tempat para orang itu duduk.
“permisi,
apa kalian Klien yang bernama GM yang meminta bunga Ice Freesia” tanyaku dengan sopan
“benar,
jadi apakah kalian telah mendapatkannya?” jawab salah seorang dari kumpulan itu
dengan cepat.
“kami telah mendapatkannya” aku menunjukan bunga itu yang ada dalam sebuah toples kecil ke arah mereka
“kami telah mendapatkannya” aku menunjukan bunga itu yang ada dalam sebuah toples kecil ke arah mereka
“wah,
kalian berhasil menemukannya dengan waktu yang cukup singkat, terima kasih
banyak” orang-orang itu pun berdiri dan berterima kasih pada kami
“t-tidak
apa, itu memang menjadi tugas kami” balasku dengan penuh hormat
“atas
rasa terima kasih kami, ini ada sesuatu untuk kalian” salah satu dari klien
kami mengeluarkan kotak berwarna kuning dengan pita berwarna biru muda
“apa
ini?” aku bertanya kebingungan
“benda
ini bernama Mystery G-box, benda ini
berisi impian dan harapan dari para adventurers
seperti kalian, kalian tidak akan tahu apa isinya kecuali membukanya, sudah
ambil saja tak perlu ragu” salah seorang GM menjelaskan kepada kami. Aku
memegang kotak itu dan merasakan seperti kejutan besar yang ada di dalamnya.
“kalau
begitu terima kasih banyak! Kami akan memakainya dengan baik”
“kalau
begitu kami permisi dulu, misi kalian telah selesai dan ini surat pernyataan
dari kami” seorang GM menandatangani surat Quest
dan memberikannya kepada kami.
“sekali
lagi terima kasih banyak..” akhirnya mereka berdiri dan pergi dari hadapan
kami.
“hei,
mau kita apakan benda in?” aku memperlihatkan kotak itu kepada Malcolm
“kau
sangat berusaha keras dalam misi ini, aku serahkan benda itu padamu kau pasti
bisa menggunakannya dengan baik” tegas Malcolm
“baiklah
kalau begitu, terima kasih banyak” aku menyimpannya kedalam tas perbekalanku
“ayo
kita selesaikan tugas kita, aku sepertinya ingin tidur seharian sekarang
huahahaha!” Malcolm bersemangat
“ya!”
seruku dengan senyuman lebar, kami berdua pergi menuju markas guild untuk menyerahkan surat
keberhasilan quest yang kami terima kepada
Master Gunther. Master Gunther menerima dan memuji hasil kerja kami, aku dan Malcolm kemudian berpisah untuk kembali
ketempat masing-masing. Di penginapan, aku membenahi semua perbekalanku dan
setelahnya aku berbaring di kasur yang
begitu nyaman rasanya.
“seorang
Idol ya..” aku tersenyum, teringat raut manis wajahnya, merasakan sepertinya
dia masih berada didekatku, tanpa kusadari akupun tertidur lelap hingga
menunggu pagi datang.
CHAPTER IX : Memories
1
tahun berlalu, waktu berjalan begitu cepat, Saint
haven menjadi tempat yang sangat nyaman untuk aku tinggali, suasana yang
begitu ramah dari warganya, berbagai training dan quest telah aku lewati,
pengalaman terus bertambah dari hari ke hari, keyakinan yang aku tanamkan pada
diriku menjadi suatu kekuatan yang akan aku gunakan untuk melindungi siapapun
bagi yang memerlukannya, beberapa tingkatan pangkat adventurers telah aku
lewati bahkan Master Gunther mempercayakan aku sebagai pemimpin dalam quest sebagai pembimbing para generasi adventurers berikutnya. Aku merasa
senang, namun sepertinya ada yang kurang dari hidupku, aku hampir melupakan
suatu kenangan yang penting dalam hidup yang pernah aku rasakan sebelumnya, kenangan
bersama dengannya, sebuah senyuman dan kecupan manis darinya, apakah aku bisa
bertemu denganmu lagi.
Suasana
pagi yang hangat serta merdu kicauan burung mengiringi langkahku menuju markas
guild, berbagai salut di berikan oleh adventurers
pemula yang bertemu denganku di jalan menuju markas, tak lama kemudian Malcolm menepuk punggungku keras dari
belakang.
“Hei
Tyrrz! Selamat pagi!” teriaknya menyapa
“selamat
pagi Malcolm” balasku
“ada
apa denganmu? Ini baru pagi hari, kenapa kau terlihat tidak begitu semangat?”
Malcolm bertanya
“ah,
maafkan aku, aku sedang memikirkan sesuatu”
“ahahaha!
Apa yang kau pikirkan, jangan-jangan kau memikirkan wanita?” memang benar aku
sedang memikirkan seseorang yang menarik perhatianku dulu
“sudahlah
Malcolm, dia tidak mungkin berpikir
sama sepertimu yang selalu saja wanita.” Joey
bersuara dari belakangku.
“APA?!
Memangnya aku selalu memikirkan wanita?!” Malcolm
membalas
“benar
sekali” aku dan Joey menjawab secara
bersamaan.
“kenapa
kalian begitu kompak menjawabnya? ternyata kedua sahabatku bersekongkol selama
ini!” Malcolm terlihat kesal
“sudahlah
kita jalani saja hari ini, mungkin ada suatu kejutan yang akan kamu temui di garis
takdirmu, terutama kau Tyrrz, masa depanmu cerah, kau harus memanfaatkan itu
baik-baik” Joey menasehatiku
“sejak
kapan kau jadi peramal Joey?!” Tanya Malcolm
“tanyakan
saja pada Lady Kayleen, dia memberi
tahuku.” Jawab Joey
“apa
kau mendapatkan quest dari Lady
lagi?! Kenapa selalu saja kau yang di suruhnya?” Malcolm mulai marah
“hahaha
kau tidak akan kuberi tahu!” jawab Joey
sambil berlari
“sialan
kau Joey! Cepat beri tahu aku!!” Malcolm berlari mengejar Joey
Aku
hanya bisa tertawa melihat kelakuan mereka, aku berpikir ada benarnya kata-kata
yang Joey maksud tadi.
“kau
benar Joey, aku harus berpikir positif” aku harus bisa lebih maju dari
sebelumnya
Saat
jam istirahat tiba aku, Joey dan Malcolm berbincang pada tempat istirahat
“hei
apa kalian sudah tahu?” Tanya Malcolm
“wanita
lagi?” Joey menjawab dengan nada
mengolok
“emm
iya sih, tapi ini berita penting! Dan kalian harus tahu!” Malcolm bersikeras ingin menjelaskan
“sudah-sudah
Joey, baiklah Malcolm berita apa memangnya?” aku berusaha mendengarkan
“kau
ingat Idol Harori?”
HaroriI, nama itu selalu aku
ingat.
“hei
Tyrrz? Apa kau mendengarkanku?” Malcolm
bertanya
“y-ya
aku mendengarkanmu, sebenarnya ada apa dengan Harori?” aku sangat penasaran
“hmm,
jadi kau tertarik untuk mendengarnya?” Malcolm
tersenyum lebar
“baiklah
Malcolm, aku penasaran dengan berita
yang kau sampaikan karena sudah lama aku tidak mendengar kabar Harori” aku memohon penasaran
“hei
jangan lupakan aku, aku juga menyukai Harori”
jawab Joey
“kau
tahu Irine kan?” Malcolm bertanya lagi
“ya,
aku tahu dia, event planner yang
menggunakan rok minim itu kan?” jawab Joey
“hmmm..”
Aku dan Malcolm memandangi Joey dengan mata tajam seakan membuat Joey tersudut
“b-benarkan?
Hei! A-aku menjawab seperti apa yang a-aku lihat! dan juga apa hubungannya
dengan Irine?!” Joey mengelak
“owh
iya, kembali ke topik utama, aku dengar dari Irine-chan, katanya Idol Harori
akan mengadakan pertunjukan besar di sini! di Saint Haven! Saat festival nanti, Berita ini belum tersebar di kota
ini hanya aku saja yang tahu!” Malcolm
menjelaskan
Seperti
ada harapan baru yang datang dalam hidupku, ada tujuan untuk melihatnya lagi
“jadi
kapan pertunjukan dia itu diadakan?” Joey
bertanya
“nah
itu dia yang belum aku ketahui, kita lihat saja perkembangannya nanti, ah
senang sekali hatiku bisa melihat Harori-chan
chu-chu-chu~” Malcolm kegirangan
sambil memeluk tubuhnya sendiri.
“lebih
baik kita tunggu saja, nantikan ada selebaran atau kabar dari orang-orang mengenai
Pertunjukan Harori ini” jelas Joey, akupun sependapat dengannya, lebih
baik menunggu dahulu sambil terus menjalankan kehidupan seperti biasanya.
CHAPTERX : The Idol Harori
3
minggu berlalu, banyak hal yang telah aku lewati berita tentang festival Saint Haven sangat ramai dibicarakan
oleh orang-orang bahkan poster Harori
terpampang jelas di dimana-mana bahkan di Quest
Board sekalipun, aku sering melewati poster yang ukurannya lumayan besar
itu menuju markas guild.
“ternyata
kau sungguh terkenal ya Harori, apa
mungkin kita bisa bertemu? Sepertinya aku bermimpi, haha” aku tertawa kecil
Akhirnya
aku mengetahui kapan festival besar ini diadakan setelah Malcolm menberikan selebaran mengenai waktu dan tempat pelaksanaan
festival besar Saint Haven.
“3
hari dari sekarang, mungkin melihatmu dari kejauhan saja sudah akan mengobati
rasa ingin bertemu denganmu, itu sudah cukup”
2
hari berlalu, Saint Haven disibukan
dengan rangkaian kegiatan menyambut festival hari jadi kota Saint Haven, seluruh warga antusias bersama-sama
saling membantu meramaikan suasana, seluruh kota di dekorasi sebagus dan
seindah mungkin, dan satuhal yang paling membuatku kaget yaitu antrian panjang
untuk konser Harori, aku sangat tidak
menyangka bahwa memang seluruh warga Saint
Haven menyukai dia yang adalah seorang Idol dan bintang Verathea, meskipun terlihat sangat
panjang namun aku tetap ikut dalam antrian tersebut dan akhirnya aku
mendapatkan tiket nontonnya.
Hari
ini hari dimana festival besar dimulai, tawa bahagia terlihat dari seluruh wajah
warga Saint Haven, semua terlihat
senang dan sibuk dengan aktifitasnya masing-masing, bagaimana denganku? Hari
ini memang hari yang aku tunggu untuk bisa melihatnya lagi dan memastikan
apakah dia baik-baik saja.
Sebuah
tempat besar di Saint Haven dengan
dilengkapi oleh kilauan cahaya lampu serta poster-poster Harori, terdapat juga berbagai macam bingkisan menarik semua
mengenai dirinya ada disini, aku memasuki tempat itu dan mendapatkan kursi
duduk di bagian tengah, sebelum acara dimulai semua sudah berteriak keras.
“HA-RO-RI! HA-RO-RI! HA-RO-RI!” para
fansnya berteriak memanggil namanya secara bergantian bahkan aku lihat Malcolm
termasuk salah satu yang berteriak paling keras diantara mereka, aku tersenyum
melihat kelakuannya. Suasana yang terang tiba-tiba menjadi gelap, muncul cahaya
dari 1 arah menuju ke arah panggung dan munculah seorang gadis elf bergaun biru semua orang pada
tertegun melihatnya seperti terhipnotis dengan kemunculannya di tengah
panggung.
"Lovely♪ Cutey♪ Pretty♪ Your Idol, Harori♡!" Harori mengucapkan kata-kata idolnya
dengan gaya yang sangat manis sehingga seluruh penonton bergemuruh menanggapi
kata-kata manisnya, akupun terpesona seperti WOW, pertama bertemu dengannya dia
tidak seperti ini, dulu dia kelihatan seperti pendiam tapi disini dia sangat
berbeda.
Harori menyanyikan beberapa lagu, dia menari dengan
ceria dan anggun aku pun menikmati suasana layaknya orang yang ikut terbuai
dengan kharisma dari seorang Idol. 2 jam berlalu hampir disetiap aksinya dia
begitu memukau, berkilau bagaikan permata yang memantulkan cahaya matahari. Di
akhir aksinya, Harori berterima kasih
sebesar-besarnya kepada para fans yang telah hadir menyaksikannya dia terlihat
sangat bahagia melihat suasana yang begitu ramai dan luar biasa di Saint Haven ini, dia menundukan badannya
dengan mengucapkan sampai jumpa lagi kemudian pergi menuju balik panggung yang
gemerlap, dan pada saat itulah aku menyadari ada suatu kejanggalan, saat Harori
berpaling aku melihat wajah yang terlihat ceria nampak berubah menjadi
kesedihan, wajah itu, wajah yang aku ingat saat bersamanya, sebuah kesendirian,
wajah menginginkan kebebasan seperti yang diceritakannya dulu, rasanya ingin
sekali segera bertanya dan menemuinya namun apakah mungkin aku bisa? Melihatnya
dari jauh saja sangat susah apalagi bertemu langsung dengannya, aku menundukkan
kepala dan berjalan keluar dari gemerlap panggung Harori.
CHAPTER XI : Under The Moon
Hari berganti menjadi malam, cahaya indah lampu menghiasi malam
yang gelap dan dingin di Saint Haven
dan membuatnya terasa hangat dan bercahaya terang benderang, suasana yang ramai
masih terlihat namun tidak seramai suasana pagi hari tadi, aku kembali berjalan
menuju kepenginapanku.
“hari yang menyenangkan, kuharap kau bisa menikmati harimu tadi Harori.” menyenangkan? apa yang aku
pikirkan dari kata menyenangkan? Aku sangat mengingat jelas wajahnya ketika
acara selesai tadi, apa itu menyenangkan? Aku hanya bisa berharap dia baik-baik
saja. Tiba-tiba sesosok kuda putih melintas di sampingku dengan cepat, aku
hampir saja tertabrak dan aku terkejut sesosok jubah berwarna biru menaiki kuda
putih dengan cepat menuju arah Black
Mountain.
“tunggu dulu, apakah itu, H-harori?”
aku mencoba mengingat kembali penampilannya pertama kali bertemu denganku dan
sepertinya memang benar itu adalah dia, tak lama seekor kucing berlari dengan
kewalahan mengejarnya.
“huff.. huff.. m-master.. tolong jangan egois l-lagi meoww!” sambil berlari dan berteriak, tak salah lagi, kucing itu Nye Nye, kucing yang kehilangan masternya saat aku dan Malcolm mencari Ice Freesia di West Armory dulu, ternyata memang benar Masternya adalah Harori, dengan cepat aku berlari mencoba mengikuti Harori sebisa mungkin demi mengetahui sebenarnya ada apa yang terjadi sehingga dia kembali melarikan diri.
“huff.. huff.. m-master.. tolong jangan egois l-lagi meoww!” sambil berlari dan berteriak, tak salah lagi, kucing itu Nye Nye, kucing yang kehilangan masternya saat aku dan Malcolm mencari Ice Freesia di West Armory dulu, ternyata memang benar Masternya adalah Harori, dengan cepat aku berlari mencoba mengikuti Harori sebisa mungkin demi mengetahui sebenarnya ada apa yang terjadi sehingga dia kembali melarikan diri.
Aku berlari sekuat mungkin untuk mengejarnya, Nye nye terlihat kelelahan dan duduk tak berdaya di bawah pohon.
“Nye nye biarkan aku
yang mengejarnya!” tanpa pikir panjang aku berlari secepat mungkin.
“T-terima kasih Adventurer!
Aku berharap padamu meeoww!” Nye nye
kembali duduk dan aku kembali fokus berlari, suasana terlihat sangat gelap
karena tidak ada cahaya sedikitpun di jalan menuju Black Mountain.
“Glow up Light!” sebuah
skill yang membuat senjata yang aku gunakan menyala seperti lampu yang
menyinari jalan sehingga memudahkanku melacak jejak kuda menuju kemana Harori
berada. Aku terus berlari tanpa lelah, aku sangat khawatir dengannya, karena
dia kembali seorang diri pergi ke tempat dimana banyak bahaya menanti,
bagaimana jika hal dulu terjadi lagi? Aku harap dia tidak apa-apa. Cukup jauh aku berlari, namun akhirnya aku
menemukan kuda Snow White Breeze
miliknya dengan tali terikat di sebatang pohon, aku hilangkan skill cahayaku
dan menyadari aku telah berada di bukit Black
Mountain.
“huf.. huf.. huf.. kemana kau pergi Harori..” sambil menarik nafas panjang aku kembali berjalan
mendekati kuda putih itu dan mengelusnya, kuda yang memang sangat terawat
sekali, aku berjalan menuju bukit rumput yang luas, dan sepertinya aku mengenal
tempat ini.
“tempat ini..” di bawah sinar bulan yang terang aku bisa melihat
gadis berjubah biru, ya dia Harori,
aku masih melihatnya dari kejauhan, perlahan aku dekati dia semakin dekat, semakin
dekat dan akhirnya aku ada kira-kira 5 meter dari posisi dia berdiri, aku diam
melihat dirinya tertegun memandang bulan terang di atas langit, kemudian dengan
pelan aku menyapa.
“Harori?” sapaku dengan
suara kecil namun dia tidak ada merespon.
“Harori?” aku kembali menyapa
dengan nada yang lebih tinggi dari sebelumnya dan dia membalikkan badannya
sambil kaget dan berteriak.
“aku tidak ingin kembali sekarang! Biarkan aku pergi! Aku terlalu
lelah dengan semua ini..” jawab Harori,
aku terdiam melihatnya
“ini aku,Tyrrz.. apa kau masih mengingatku?” aku mencoba
menerangkan
“Tyrrz?” dia mencoba mengingatnya karena memang kami hanya bertemu
sebentar dan tidak pernah bertemu lagi selama 1 tahun lamanya.
“ya, namaku Tyrrz.. kita pernah bertemu di West Armory? Apa kau ingat?” aku menjelaskan lagi sambil mengaktifkan
skill Glow up light agar dia bisa
melihatku dengan jelas, dia memandangiku dan terkejut serta tersenyum sambil
meneteskan air mata, aku tersenyum dan berjalan mendekat ke hadapannya, kuhapus
air mata yang membasahi pipi manis Harori.
“apa kau tidak keberatan jika aku disini?”
“un…” Harori mengangguk dan kemudian menyandarkan kepalanya di
dadaku, dengan reflek aku memeluknya perlahan.
“kau sudah berusaha dengan baik, aku bersamamu sekarang, menemani
kebebasanmu, kau tidak sendirian lagi” dibenakku aku mengerti sekarang.. seorang
Idol yang terkenal di Verathea namun
dia tetaplah bisa kesepian dan menginginkan kebebasan layaknya mahluk hidup
yang menentukan takdirnya sendiri.
“hiks..” Harori kembali
menangis, aku mengelus kepalanya, mencoba menenangkan perasaan hatinya sekarang,
dia melihat kearahku, wajah yang manis itu di basahi air matanya.
“benarkah kau mau menemaniku?” wajahnya cemberut manis dengan air
mata membasahi kedua pipinya.
“aku ada di sini sekarang, bersamamu, maka tersenyumlah Harori.”
sambil menghapus air matanya lagi, dia tersenyum dan kembali memelukku dengan
erat dan kuat.
“a-apa kau akan memelukku seperti ini terus” aku terkekang oleh
pelukannya
“a-aa, maafkan aku, kau baik-baik saja?” Harori melepas pelukannya
“aku baik-baik saja, kau sangat kuat hahaha” aku tertawa, raut
wajah manis namun cemberut namun dia akhirnya bisa tersenyum dan tertawa lagi.
Angin malam di atas bukit Black
mountain terasa sangat dingin, aku membuat api unggun dan duduk di sekitar
api tersebut untuk menghangatkan tubuh kami.
“apa kau sudah merasa baikan?” aku memberanikan diri bertanya
mengenai kondisinya
“aku tidak bisa menentukan kemana aku harus menjalani hidupku..”
dia menunduk
“hmm, setiap kehidupan memiliki takdir dan tujuannya sendiri, apa
kau mempunyai tujuan untuk hidupmu?” tanyaku padanya
“aku bingung, sebenarnya aku menginginkan kebebasan namun banyak
orang yang memerlukanku di sana, mereka menginginkanku menjadi seorang bintang
namun mereka tidak tahu bahwa bintang itu bisa redup dan mati, aku tidak tahu
mau berbuat apa..” Harori bermuka masam
“lalu
apa yang kau lakukan di tempat ini?” aku bertanya dan dia hanya menggelengkan
kepalanya
“sangat
berbahaya jika kau sendirian ketempat-tempat seperti ini” aku menasehatinya
“aku
hanya ingin kebebasan.” jawabnya pelan, aku merebahkan diri dan melihat
kelangit malam yang gelap.
“lihat
bulan yang terang itu, hanya ada satu bulan yang mengitari bumi ini, namun dia
bersinar sangat terang, terkadang awan hitam menghalangi cahayanya membuat
malam menjadi sangat gelap, meskipun hanya sementara” jelasku
“tapi
bulan itu sendirian, tidak ada yang menemaninya…” jawab Harori menunduk sedih
“Bulan
tidak selalu sendiri, kau bisa lihat bintang-bintang disekelilingnya kan?” jelasku
Harori melihat ke atas
dan memang nampak banyak bintang yeng bergemerlap menghiasi langit malam
“dia
tidak sendiri, bintang-bintang selalu menemaninya.” Harori tertegun melihat ke atas langit dan kemudian tersenyum.
“ya,
aku melihatnya! Bintang-bintang itu juga bersinar” dia terpana merasakan begitu
banyak bintang yang menemani terangnya cahaya bulan.
“dan
apakah kau tau kenapa bulan itu bersinar terang?” Harori melihat ke arahku bingung serta menggelengkan kepalanya, aku
kembali melihat bulan dan mejelaskan.
“Bulan
terang karena ada matahari menyinarinya, meskipun matahari berada sangat jauh,
tapi sinarnya selalu ada mengawasi dimana bulan itu berada, matahari dan bulan
serta bintang sama-sama berada di langit yang luas, semua bisa kita lihat dari
bumi ini.”
Harori
terdiam, dia mendekatkan badannya sambil ikut merebahkan diri disampingku, dia
tersenyum seperti merasakan sesuatu yang berbeda dalam dirinya, semoga aku bisa
membuatnya merasakan kebebasan yang dia impikan, dan kamipun melewatkan malam
berdua di bawah bulan yang terang.
Chapter XII : Farewell
1
tahun berlalu, waktu memang terasa begitu cepat, ibarat pedang yang tajam namun
suatu saat akan tumpul dengan sendirinya. Kesibukanku semakin banyak, setelah
kenaikanku menjadi seorang Inquisitor
akhirnya aku dipromosikan untuk memimpin sebuah Guild yang bernama Infernia.
Aku merekrut berbagai anggota mulai dari anggota inti yaitu anggota veteran
sampai ke bagian anggota pemula. Aku banyak bertemu sahabat-sahabat baru dari
berbagai kalangan adventurers di Saint Haven. Beberapa di antara para
anggota yang menemaniku yaitu Kiiritho
seorang Barbarian, Riska si Pyromancer, Dhanny seorang
Lunar Knight, Doruga seorang Saint, Eliest si Wind Walker, Huue seorang
Barbarian, dan Scorpio seorang Gladiator
juga tentu masih banyak anggota lain yang tidak kesebutan dan semua selalu
membantuku dalam setiap Quest yang
ada di Saint Haven. Bagaimana dengan Harori? Apakah selesai sampai disitu
saja? Ya, dia kembali dengan semangat Idolnya, dia memang seorang bintang yang
tenar se-Verathea, dia seakan bisa
kembali mengepakan sayapnya dan berusaha terbang lebih tinggi lagi dari
sebelumnya. Aku dan dia? Tentu saja kami masih berhubungan, meskipun jelas cukup
jauh jarak yang memisahkan kami namun aku dan dia masih bertegur sapa dalam
tulisan surat yang dikirimkan melalui Nye
Nye, dia pernah mengatakan dalam suratnya bahwa dia merasa sangat senang
dan bahagia bisa bertemu denganku, seperti ada harapan baru dalam hidupnya, aku
pun tersenyum dan senang jika dia akhirnya bisa meraih kebebasan dan mimpinya
bersama dengan para fans tanpa diliputi perasaan kesendirian lagi.
Musim
panas berganti menjadi musim gugur dimana iklim menjadi dingin, dedaunan mulai
rontok dari pohonnya, sebuat surat perintah datang kepadaku, aku membukanya
perlahan dan membacanya ternyata aku beserta anggota veteran guild Infernia ditugaskan untuk menuju
tempat dimana dunia baru ditemukan, perasaan senang dan sedih berkecamuk di
dalam hatiku.
“akhirnya
aku harus meninggalkan kota yang damai ini, apa yang harus aku katakan padanya?”
Dunia
baru, dimana para adventurers akan
pergi dalam jangka waktu yang lama, ada yang kembali namun ada juga yang hilang
kabarnya sampai saat ini.
“ini
sudah kewajibanku, aku harus bisa menghadapinya…”
Keberangkatanku
masih 3 minggu lagi dan aku menulis pesan singkat dalam suratku ke Harori dan 3 hari kemudian sebuah surat
datang padaku disana dia menyebutkan bahwa sebelum aku berangkat dia memintaku
untuk bertemu di bukit Black Mountain
tempat kami bersama dulu, aku tersenyum, dalam benakku mungkin ini kesempatan
terakhir untuk melihatnya.
Tepat
pada hari aku akan berangkat bersama para anggota guild yang lain, aku pun
menyempatkan pergi ke bukit Black mountain
untuk menemuinya, dia pasti bersusah payah telah meluangkan waktunya untuk
datang menemuiku maka aku hargai usahanya itu.
Sesampainya
di bukit Black mountain, sama seperti
dahulu, dengan jubah berwarna biru kesukaannya dia berdiri menatap langit sama
seperti dimana aku menemukannya dulu, ingatan itu tidak akan aku lupakan seumur
hidupku, bagaikan sebuah harta yang tidak ternilai harganya, kenangan bersama
dirinya, Harori.
“Harori?” dia membalikkan badannya,
melihatku kemudian tersenyum manis menatap ke arahku.
“apa
kau baik-baik saja?” aku menanyakan kondisinya
“ya,
aku baik-baik saja, bagaimana denganmu?” dia bertanya kembali
“aku
masih bisa berjalan dan menemui seorang Idol ternama disini” aku tersenyum dan
dia juga ikut tersenyum
“tempat
ini menyimpan begitu banyak kenangan dan aku sangat menyukainya. Bulan,
bintang, suara sunyi dan senyap serta kita pada malam itu.” dia mengenang masa
lalu.
“tidak
ada bulan saat ini, hanya terlihat matahari bersinar hangat yang berada di atas
langit yang biru.” jelas Harori
“bagiku
bulan bagaikan matahari, mereka sama-sama bersinar terang, mereka terlihat
tidak pernah bersama, namun mereka akan saling merindukan, pertemuan mereka
akan menjadi kejadian alam yang luar biasa.” aku menjelaskan padanya.
“Gerhana?”
Harori melanjutkan
“ya,
gerhana lah yang muncul jika pertemuan itu terjadi, meskipun dalam waktu yang
lama, namun aku yakin itu pasti akan terjadi dan seluruh makhluk hidup akan
takjub melihatnya.” aku kembali menjelaskan, dia terdiam dan tertegun melihatku.
“Harori,
ada sesuatu untukmu.” aku memberinya sebuah kotak, Mystery G-box pemberian GM
dari quest pertamaku, aku memberinya dengan
harapanku di dalamnya
“u-untukku?”
Harori bertanya
“iya,
bukalah” Harori membukanya, benda itu
bersinar dan membentuk harapan terbaik dari apa yang diimpikan pembukanya.
“terima
kasih!” Harori tersenyum dan gembira,
sebuah Syal berwarna unggu, kainnya selembut sutra dan sangat harum serta
nyaman digunakan, betapa senangnya aku bisa melihat senyum gembiranya
“biar
aku memakaikannya padamu.” kukenakan Syal itu padanya, terlihat cantik dan
manis sekali.
“rasanya
hangat, terima kasih Tyrrz.” dia tersenyum kepadaku
"Tyrrz?"
Dengan wajah tersenyum namun ragu dia menatapku dan bertanya.
"jadi
apakah kita bisa bertemu lagi?". Aku hanya bisa tersenyum dan menjawab,
"mungkin
kita akan bertemu lagi Harori." ada
apa denganku? Apa hanya itu yang bisa aku ungkapkan padanya setelah apa yang
kami jalani bersama selama ini..
"apa
kau benar-benar ingin bertemu denganku lagi?" Harori bertanya gelisah.
"tentu
saja, siapa yang tidak ingin bertemu denganmu lagi bahkan semua orang ingin
bertemu denganmu.” Jawabku bercanda dengan tawa kecil
"tidak
semua orang sepertimu, aku ingin kita bisa selalu bersama setiap saat.." Harori menundukkan kepalanya, aku
terkejut. benar, Di balik ketenarannya menjadi seorang Idol Verathea dia juga
merasakan kesepian, Hanya aku yang selama ini telah menemaninya dalam canda
tawa bahkan tangisnya meskipun dalam bentuk tulisan tapi aku sangat memahami
apa isi hati Harori saat itu, dan
sekarang aku harus pergi meninggalkannya.
"kita
pasti akan bertemu lagi" sambil mengelus halus kepalanya.
"meskipun
aku pergi dan berada jauh darimu namun aku akan selalu ingat bahwa ada
seseorang yang menantikanku disini, di tempat ini." Harori tersenyum manis
namun air mata yang dia tahan akhirnya membasahi pipinya.
"janji?"
sambil mengarahkan jari kelingkingnya padaku, kuhapus air mata dari pipinya dan
memberikan jari kelingkingku padanya sehingga kami terikat oleh janji.
“ya,
dunia memang luas tapi akan terasa sempit tanpamu nanti, jadi tunggu lah, aku
berjanji akan selalu bersamamu lagi, tersenyumlah Harori-ku”
“aku
akan selalu menunggumu..” dia tersenyum, senyuman anggun yang mungkin tak akan
pernah aku lupakan.
“umm,
apa bisa kau menyebut namaku sambil terpejam” Harori bertanya
“huh?
Seperti ini? Ha..ro..”
“chu~”
aku terkejut, sebuah ciuman hangat aku rasakan di bibirku, aku membuka kedua
mataku, Harori memelukku erat, aku
pun memeluknya, ku tatap wajahnya.
“H-harori, a-aku..” Harori menutup bibirku dengan jari telunjuknya..
“Selalu..
aku akan selalu menunggumu.. hingga kau kembali datang dan memelukku lagi..”
aku mengerti perasaannya, dia memberiku suatu harapan dan semangat agar bisa
bertemu kembali.
“Pasti!”
jawabku tegas.
kuangkat
perisai dan wand-ku, aku tersenyum padanya mungkin ini merupakan senyum
terakhir yang bisa dia lihat tapi aku tidak menyesalinya, kubalikkan tubuhku
berpaling darinya dan mulai berjalan menjauhinya, semakin jauh semakin besar
rasa ingin bertemu dengannya, mencoba ingin kembali melihat wajahnya namun
terlalu berat untuk melihatnya menangis lagi.. terima kasih Harori, terima kasih untuk segalanya,
Aku akan kembali, bersamamu lagi, suatu saat nanti.
~Fin~
Credit
Dragon Nest Indonesia
Dragon Nest Indonesia
Server
: Vestinel
Event
: Harori Fans Club
2013
From Author :
Halo semua, terima kasih telah membaca Fanfic ini, memang sudah sangat lama saya pensi main game MMORPG Dragon Nest tapi kenangannya masih selalu membekas di hati, fanfic ini saya tulis untuk event Harori Fans Club tahun 2013 dan saya fix tahun 2018. Semoga kalian bisa terhibur dengan membaca fanfic sederhana ini terutama para DN lovers.
From Author :
Halo semua, terima kasih telah membaca Fanfic ini, memang sudah sangat lama saya pensi main game MMORPG Dragon Nest tapi kenangannya masih selalu membekas di hati, fanfic ini saya tulis untuk event Harori Fans Club tahun 2013 dan saya fix tahun 2018. Semoga kalian bisa terhibur dengan membaca fanfic sederhana ini terutama para DN lovers.
©facebook.com/tsuya3
No comments:
Post a Comment