Pages

Sunday, March 25, 2018

Dragon Nest Fan Fiction - With You..



"Apakah kita akan bertemu lagi?" ya, kata itu selalu aku ingat dalam hidupku, suara yang begitu lucu dengan tingkah laku manisnya masih melintas di otakku, apakah aku bisa bertemu dengannya kembali? Mungkin suatu saat nanti aku bisa bertemu lagi dengannya, suatu saat nanti.

 
CHAPTER I : Myself

Namaku Tyrrz, seorang Adventurers solo dari Desa Mana Ridge yang telah lulus belajar sebagai seorang Priest (Job dalam teknik penyembuhan dan pertahanan). Perjalananku dimulai ketika aku berhasil mendapatkan rekomendasi untuk belajar lebih banyak di kota besar Saint Haven, karena perjalanan ke kota sangat berbahaya karena banyak ancaman keselamatan seperti bandit bahkan monster jahat yang tidak terduga maka untuk mencapai Kota yang paling aman adalah dengan menaiki Airship Albartoss, merupakan pengalaman pertama kalinya aku menaiki kapal udara mewah ini, cukup melelahkan perjalanan yang aku tempuh namun itu sebanding dengan tujuan hidupku untuk mencari makna dan menjadi seorang cleric yang sebenarnya. Setibanya aku di Kota Saint Haven, aku berhenti sejenak untuk bertanya kepada seorang merchant dimanakah tempat Guild Master Gunther dan tak berapa lama aku bertanya mereka menunjukan arah ke sebuah Bar ternama di Saint Haven, aku tidak menyangka ternyata merchant di kota ini begitu baik pada adventurers baru seperti diriku, aku berhasil menemukan Bar itu cukup mudah sesaui dengan petunjuk yang mereka berikan, dan tanpa pikir panjang aku bertanya pada pemilik Bar.

“apakah anda Guild Master Gunther?”
“Benar, aku Gunther, Guild Master Saint Haven dan sekaligus pemilik Bar ini, ada yang bisa aku bantu anak muda?”
“aku dikirim oleh Master Deckard dari Mana Ridge menemuimu untuk..”
“seorang Cleric utusan Deckard ya, apa kau benar ingin melanjutkan jobmu ke yang lebih tinggi?” dia memotong pembicaraanku, bicaranya langsung ke topik utama.
“y-ya..a-aku serius master..” jawabku ragu
“mendengar suaramu saja aku merasa kau tidak akan sanggup dengan berbagai quest di Saint Haven, dengar nak, jika kau telah sampai disini banyak quest yang harus kau hadapi dengan serius, nyawa seseorang ada pada tanggung jawabmu untuk melindunginya di sini.”
Entah kenapa kata-kata tegas Master Gunther membuat tersadar, aku tidak boleh seperti ini, aku harus bisa lebih kuat lagi, ini sudah menjadi jalan hidup dan takdirku..maka aku akan berusaha sekuat mungkin untuk meraihnya.
“aku SIAP master! aku rela mempertaruhkan jiwa dan raga ini demi menolong sesama!” jawabku tegas
“bagus, itu jawaban yang aku tunggu adventurers..baik sekarang isi formulir ini.. maaf tadi aku hanya mengujimu agar kau tetap teguh dengan pendirianmu”
Aku mengambil formulir guild itu dan mengisinya serta menanda tangani kemudian memberikannya kembali pada Master Gunther, dia melihat namaku dan tersenyum.
“Tyrrz A Knot..ku harap kau bisa menjadi penerus generasi pelindung kota ini, aku berharap padamu anak muda..”
“terima kasih banyak master! Aku akan berusaha yang terbaik! Mohon bantuannya!”
“baiklah, sekarang pergidan berikan surat ini pada Guardman Joey, dia berada di depan Royal Gate, mungkin ini quest pertamaku padamu”
“baik master! Sekali lagi terima kasih banyak!” dan aku pun bergegas menuju tempat Guardman Joey berada.
Aku tersenyum karena perjalananku yang baru akan segera dimulai, dan aku tidak sabar menanti pengalaman yang telah aku impikan selama ini.
Di depanRoyal Gate aku melihat seorang guard yang kebingungan, sepertinya dia sedang melamun, akupun bertanya padanya.

“permisi, apakah kau Guardman Joey?” tanyaku namun sepertinya dia tidak mendengarkan ucapanku.
“PERMISI? APAKAH KAU GUARDMAN JOEY!?” aku berteriak nyaring di sampingnya
“OW!, hey kau mengejutkanku! b-benar aku Joey, ada yang bisa aku bantu?” dia terkejut
“begini, Master Gunther menyuruhku untuk memberikan surat ini padamu, apakah kau baik-baik saja?”
“tidak apa, hanya kepikiran tentang temanku Malcolm, tak usah dipikirkan,mana? biar aku lihat suratnya” Guardman Joey membuka dan membaca isi surat dari master Gunther.
“jadi kau adventurers baru datang di kota ini? Hmm, namamu Tyrrz? Tepat pada waktunya mari ikut aku, aku ada quest untukmu”
“tepat pada waktunya?”
“ya, aku dan Malcolm sedang kesusahan dengan beberapa Quest yang di berikan oleh para Master di Saint Haven, jadi kau bisa membantu kami sekarang” dia terlihat merasa lega
“baiklah Guard Joey, lalu bagaimana sekarang?”
“ah panggil saja aku Joey, tak usah terlalu formal,ikut aku dulu, lebih baik kau bersiap-siap dengan perjalananmu besok”
“baik” aku mengikutinya dan kami pergi menuju seorang Merchant yang di kenal sangat pelit namun hanya dia yang punya barang-barang menarik yang berguna untuk adventurers.
“Hai paman Pero?”
“owh hai Joey, ada yang bisa kubantu?”
“apa kau ada menjual Healing dan Mana potion yang murah?
“yang murah? Hahaha tentu saja ada di sini, untuk ukuran kecil hanya 5 gold saja”
“5 gold?!I-ini sangat mahal Paman!”
“memang itu harga pasaran sekarang, dan harga itu tidak bisa ditawar lagi, ambil atau pergi hahaha”
“bagaimana kalau 3Gold saja?” Joey mulai berusaha untuk bisa lebih murah.
“tidak bisa lagi Joey, dari mana aku bisa mendapatkan keuntungan jika harganya segitu”
“4 gold paman!” Joey masih berusaha lagi sambil mengeluarkan 4 gold dari kantong uangnya
“ku lihat ada beberapa silver yang kau simpan lagi kan?” Mata Pero melihat tajam saat Joey mengeluarkan uangnya.
“sebentar, ya ada 90 silver paman” jawab Joey
“ya terjual, terima kasih banyak Joey” dengan cepat Pero mengambil 4 gold dan 90 silver dari tangan Joey
“yosh! aku mendapatkannya murah!” Joey terlihat senang.
Aku hanya bisa terdiam dan bingung bagaimana bisa harga Healing Potion dan Mana Potion begitu mahal disini dan ada saja yang membelinya. Aku mengamati dan melihat-lihat dagangan Pero yang begitu banyak, sebagian besar dagangannya adalah benda-benda untuk eksporasi dungeons semacam ramuan penyembuh dan beberapa perlengkapan tempur jarak dekat dan jauh, namun ada satu benda yang membuatku tertarik, mataku terpikat pada Wand tua (senjata khusus untuk Job Priest) yang sudah usang dimakan oleh waktu sepertinya dalam keadaan rusak dan tidak bias dipakai lagi.
“kau tertarik pada benda ini?” tanpa kusadari Pero sudah ada di sampingku
“sebuah wand yang menarik namun sayang sudah rusak, apakah sudah lama ada di sini?” aku bertanya pada Pero
“ya memang senjata itu sudah lama sekali disini, apa kau tertarik?” Pero kembali bertanya kepadaku
“memangnya berapa harganya” tanyaku
“untuk barang yang usang dan rusak seperti ini 10 gold saja aku sudah mendapatkan keuntungan”jawab Pero.
“hmm,baiklah aku beli” tanpa pikir panjang aku beli wand itu, entah kenapa aku begitu tertarik dengan bentuknya yang beda dengan yang lain.
“terima kasih banyak semoga harimu secerah keuanganmu hahaha” Pero tertawa lebar
Keadaan Pasar Kota Saint Haven sangatlah megah, banyak tawar menawar terjadi di sini, setiap orang pasti menginginkan dengan harga yang murah. Setelah kami selesai belanja persiapan aku pun bertanya kepada Joey
Joey, apa kau tau dimana Blacksmith untuk memperbaiki Wand ini?”
“wah tepat sekali aku juga ingin ke Blacksmith untuk mengambil Tombak yang telah kutitipkan kemarin, mari ikut aku” aku berjalan mengikutinya dan ternyata Blacksmith tidak begitu jauh dari tempat jualan Pero, terlihat seorang kakek yang sedang asik menempa senjata dengan bara panas dan hentakan Palu yang digunakannya.
“Selamat sore Paman Berlin” sapa Joey tegas
“Ahh Sore Joey, maafkan aku..” Master Berlin menghentikan pekerjaannya sejenak dan menghampiri Joey
“ada apa paman? Apakah ada yang salah?”Joey kebingungan dengan perkataan Master Berlin
Ancient Spear+7 yang kau berikan padaku kemarin ternyata tidak berhasil naik..”
“tidak apa paman, nanti aku berikan lagi bahannya untuk kembali kau tempa”
“tidak bisa, Ancient Spear-mu telah hancur dan tidak bisa di kembalikan lagi, maafkan aku, memang susah menempa tanpa perlindungan Jelly dengan tubuh yang sudah tua ini” Master Berlin menjelaskan dengan detail.
“apa kau baik-baik saja Joey?” aku bertanya kepadanya, Joey tak bergerak, sepertinya dia sedikit shock mendengar penjelasan Master Berlin, aku pun memegang bahunya dan ia pun sadar.
“t-tak apa paman, aku masih punya cadangan di markas meskipun itu masih +3.”
“baiklah kalau begitu permasalahanya sudah selesai, kau harus bisa memetik suatu yang positif dari kejadian ini” jelas Master Berlin dengan tegas
Sementara Joey masih bingung dengan senjatanya yang rusak, aku bertanya pada Master Berlin
“paman, apa kau bisa memperbaiki benda yang rusak?”
“selama benda itu merupakan pekerjaan Blacksmith, tentu saja aku bisa memperbaikinya, gahahaha”
Aku mengeluarkan Wand tua yang rusak dari tasku.
“sebuah Wand yang dimakan oleh waktu, biar aku lihat” Master Berlin mulai melihat dengan seksama menggunakan kacamatanya.
“sangat artistik terlihat dari bentuk dan warnanya yang meskipun telah memudar, sepertinya ini bisa diperbaiki, biayanya 6 gold, aku jamin ini akan kembali seperti baru”
“wow, mahal sekali? Apa bisa lebih murah dari itu paman?” Joey berkomentar ternyata dia mendengarkan pembicaraan kami.
“sangat susah, kau bisa lihat sendiri, benda ini sudah tua butuh energi ekstra agar bisa dipakai lagi”
“tak apa paman, asal kau bisa memperbaikinya itu tidak masalah bagiku” aku tersenyum
“baiklah kalian tunggu disini, aku akan segera menyelesaikannya” perintah Master Berlin
15 menit berlalu Wand itu pun telah selesai diperbaiki dengan sempurna oleh Master Berlin.
“ya, sudah selesai.. kau tahu, aku tidak menyangka bahwa ini Manticore Wand.. salah satu senjata yang sangat langka bahkan susah untuk didapatkan, dari mana kau mendapatkan benda berharga ini?” Master Berlin bertanya
“aku membelinya dari Merchant Pero” jawabku
“gahahaha, ternyata si pelit itu bodoh juga,ini benar-benar senjata tipe epic yang langka! pakailah dengan baik wand ini, semoga berguna untukmu”
“terima kasih banyak Master Berlin
Akhirnya Aku dan Joey mengakhiri berbelanja kami di pasar, kami berbincang-bincang dalam perjalanan pulang.
“hahaha, hari ini cukup menyenangkan! Kau beruntung bisa mendapatkan Wand langka itu!”
“ya, memang mungkin keberuntunganku hari ini” jawabku tersenyum singkat
“jadi dimana kau akan tinggal Tyrrz?”
“mungkin sementara ini aku akan tinggal di penginapan terdekat”
“baiklah, kita mulai quest utamamu besok saja agar semuanya terlihat siap, jangan lupapersiapkan dan jaga baik-baik kondisimu untuk hari esok”
“tentu saja, selamat malam Joey
Joey melambaikan tangannya, diapun melangkah pergi untuk kembali bertugas. Tak berapa lama aku menemukan tempat penginapan yang tidak begitu jauh dari pusat Kota Saint Haven, sebuah penginapan sederhana dilindungi oleh pohon besar yang rimbun dan naung bila siang hari, tanpa pikir panjang aku masuki tempat itu dan menyewa 1 kamar, benar-benar sederhana namun tenang, tepat sekali sebagai tempat beristirahat dari penatnya seharian menjalankan berbagai quest nanti.
“sepertinya aku mulai menyukai kota ini” aku tersenyum dan beristirahat berbaring pada kasur yang begitu empuk. Aku membayangkan akhirnya aku berhasil mencapai Saint Haven dengan lancar serta mendapatkan seorang teman baik yang membantuku diawal questyang akan aku jalani esok hari, tanpa terasa mataku terpejam, suara kotaSaint Haven pada saat malam hari yang begitu tenang bagaikan lullaby kecil yang membantu menuntunku untuk tertidur.


CHAPTER II : Quest
Pagi hari yang cerah diawali dengan kicauan burung yang terdengar dari ranting-ranting pohon besar di dekat penginapan tempatku tinggal, persiapanku untuk quest utama sudah selesai, kulangkahkan kakiku menuju tantangan baru dalam hidup serta selalu aku berusaha untuk jadi yang terbaik dari hari sebelumnya.
Aku bergegas pergi menuju ke tempat Joey yang kemungkinan telah menunggu, sesampainya disana aku melihat Joey sedang berbicara dengan seorang Guardman lain, aku pun mendekat untuk menyapa.
“Selamat pagi Joey? Apa aku terlambat?”
“hai Tyrrz, selamat pagi! Tepat sekali pada waktunya, perkenalkan ini Malcolm dia seorang Guardman sama sepertiku, dan ini Tyrrz, dia cleric yang aku ceritakan kemarin apa kau masih mengingatnya?” Joey memperkenalkanku pada Guardman Malcolm secara singkat.
“hai Guardman Malcolm, mohon kerja sama dan bantuannya..”
“panggil saja aku Malcolm, aku sudah mendengarmu dari Joey, dan tentu saja aku mengingatmu, semoga kita bisa saling membantu satu dengan yang lainnya haha”
Dari gaya tertawanya dia terlihat sedikit humoris, mungkin akan mudah berteman dengannya.
Dan kami pun bersalaman layaknya seorang Ksatria pada umumnya. Tanpa basa-basi Joey menjelaskan Quest apa yang akan kami jalani.
“baiklah, aku mendapatkan quest baru pagi ini, yang dibutuhkan hanya 2 orang untuk menyelesaikan quest ini, dan karena aku mendapat suatu quest dari Lady Kayleen maka aku serahkan quest ini pada kalian berdua… dan juga”
“APA?! KAU MENDAPATKAN QUEST DARI LADY KAYLEEN?!! KENAPA TIDAK AKU SAJA?!” Malcolm dengan nada terkejut bukan main memotong penjelasan Joey.
“maaf teman, quest ini spesial langsung dari Lady Kayleen padaku dan tidak bisa di ambil alih oleh siapapun lagi.” Joey menjelaskan situasinya
“Kenapa Lady Kayleen? kenapa tidak aku saja yang kau suruh untuk quest-mu itu?! aku sangat ingin bertemu denganmu, Chu-Chu-Chu” Malcolm memeluk tubuhnya sendiri dan bergumam tidak jelas
“umm, lalu bagaimana ini?” aku bertanya pada Joey
Sementara Malcolm bergumam tidak jelas, Joey menarik pundakku dan berbisik
“sebenarnya quest ini bisa saja untuk semua guardman dan adventurers, namun aku tidak ingin Malcolm berulah lagi”
“berulah?” aku kebingungan
“ya, setiap quest yang berhubungan dengan wanita, pasti kacau jika Malcolm yang mengerjakannya, dan juga aku tidak ingin menyerahkannya padamu karena kau baru sampai di Saint Haven” kata-kata Joey ada benarnya juga jadi aku menurut saja dengan kondisi yang dia sampaikan.
“baik! Guardman Malcolm dan Cleric Tyrrz, Quest kali ini kalian harus pergi ke Riverwort Wrath dan seperti yang diterangkan pada surat quest ini bahwa kalian harus mencari Bunga Ice Freesia di daerah Riverwort Wrath dan kemudian serahkan kembali pada seseorang yang menunggu kalian di Café Saint Haven.
“kalau aku boleh bertanya seperti apa detail klien yang menginginkan bunga ini? Kan banyak orang-orang yang berada pada café tersebut.” aku bertanya pada untuk detailnya
“hmm, aku kurang mengenal mereka tapi mereka berkostum aneh dan berbeda dari yang lain dan seingatku mereka menyebut diri mereka dengan sebutan Game Master atau GM, itu saja yang aku tahu..” Joey menjelaskan
“ah, tak usah pedulikan siapa klien kita, yang jelas kita harus menyelesaikan quest ini dengan segera” Malcolm terlihat bahwa dia masih kesal sambil mengambil secara cepat surat perintah quest yang ada di tangan Joey.
“ok sekarang sudah jelas kan? Kalau begitu selamat bertugas!” Tegas Joey
“ya ya ya, aku iri padamu Joey, kami berangkat dulu..“ cetus Malcolm
“aku akan berusaha!” jawabku dengan semangat
“jangan marah Malcolm, ini sudah kewajiban kita! Jadi berhati-hatilah kalian!” Joey memberikan semangat sambil melambaikan tangannya kepada kami.
kami berjalan menuju pintu gerbang ke pelabuhan Hermalte karena memerlukan kapal laut untuk pergi ke Riverwort Wrath.


CHAPTERIII : Ice Freesia

Perjalanan cukup lama dan jauh menyeberangi lautan luas, cahaya matahari yang terang memantul di lautan biru membuat semangatku kian membara, namun semua berubah ketika Malcolm merasa mual dan muntah tepat didepanku.
“ughh, maafkan aku, sebenarnya aku ini tahan berlayar, tapi entah kenapa kepalaku pusing jika berada di atas kapal, ughh” Malcolm kembali muntah ke laut.
“sepertinya kau mabuk laut, sudah jangan kau paksakan untuk berdiri, sebaiknya kita duduk dibagian belakang kapal untuk meringankan rasa mabuk itu”
“b-baiklah, tolong bantu aku.” wajah Malcolm terlihat begitu tersiksa namun aku membantunya untuk bisa beristirahat di bagian belakang kapal karena di belakang kapal goncangan akibat ombak lebih sedikit dan sampai akhirnya aku hanya bisa menyaksikan dia menderita dengan mabuk lautnya hingga kapal merapat sampai pada dermaga Riverwort Wrath.
Melihat kondisi Malcolm yang belum stabil, aku bertanya kepada awak dermaga dimanakah aku bisa mendapatkan Bunga Ice Freesia yang kami cari dan akhirnya mereka menyuruh kami untuk pergi ke Lotus Marsh yaitu sebuah desa rawa yang berpenduduk manusia dan Dromaji.
Perjalanan menuju desa Lotus Marsh lumayan memakan waktu karena medan yang kami lalui merupakan jalan setapak yang cukup susah untuk dijalani karena kondisi alam Riverwort merupakan rawa, sepanjang jalan Malcolm selalu mengeluh tidak jelas tentang quest yang kami lalui karena terlalu susah untuknya namun dalam hatiku perjalanan hidup ini pasti bisa membuatku menjadi lebih kuat agar bisa melindungi yang lain.
Setelah 1 jam perjalanan kami lewati menempuh medan rawa hingga sampai juga di desa Lotus Marsh, Malcolm yang selalu mengeluh dalam perjalanan akhirnya duduk kelelahan, dia membuka bekal dan mengambil 1 kantong berisi air dan langsung meminumnya sampai habis.
“AKU SELAMAT!” Malcolm gembira
Aku hanya bisa tersenyum dan ingin tertawa melihat tingkah lakunya, pantasan saja Joey kewalahan menghadapi sifatnya.
“hey Malcolm, sepertinya aku akan berkeliling sebentar mencari informasi dimana kita bisa mendapatkan bunga Ice Freesia, apa kau mau ikut?”
“baiklah, aku akan menunggumu disini saja”
“…………., oke, kalau begitu tolong kau tunggu disini, mungkin akan memakan waktu cukup lama.”
Aku mengerti Malcolm tidak ingin ikut karena dia masih kelelahan untuk menjalankan misi dan aku hargai itu, aku pun bertanya pada orang-orang dan jawaban mereka mengantarku pada seorang gadis merchant bernama Lucita, Seorang gadis manis Dromaji sebagai merchant di Lotus Marsh.
“permisi?”
“s-selamat datang adventurers?” gadis Dromaji ini terlihat begitu malu
“apa kau merchant yang bernama Lucita?” aku bertanya singkat padanya
“benar, a-ada yang bisa aku bantu?” melihatnya bicara begitu gugup aku langsung menanyakan apa yang aku cari sehingga tidak mengganggu pekerjaannya.
“aku hanya mencari bunga Ice Freesia, apa kau mempunyainya?”
I-ice Freesia? Umm..” Lucita kelihatan berpikir dan melihat ke arah dagangannya
“apakah ada?” aku bertanya sekali lagi
“bunga itu sangat langka sekali..” tegas Lucita dengan malu-malu
“jadi kapan kalian menjual bunga ini lagi?”
“sepertinya mungkin 1 minggu lagi kami baru menjualnya kembali..”
1 minggu, terlalu lama untuk kami menunggu demi bunga itu, apalagi Malcolm yang tidak ingin terlalu lama menjalankan quest ini karena medan yang sangat dia benci.
“apakah bisa aku mendapatkannya sendiri bunga itu, karena aku sangat memerlukan bunga itu saat ini?”
“hmm, kami biasanya mendapatkan bunga itu pada tempat West Armory…”
“kalau aku boleh tau dimanakah tempatnya itu?” aku bertanya serius
“j-jika kau dari dermaga, kau bisa menemukan jalan ke West armory sesudah melewati Lotus Marsh.. ikuti saja jalan setapak menuju ke barat, k-kau pasti akan menemukannya”
“baiklah, terima kasih atas informasinya”
“s-semoga keberuntungan berpihak kepadamu adventurers..” Lucita tersenyum malu padaku
Aku pun bergegas kembali ke tempat Malcolm beristirahat dan mendapatinya sedang tertidur di bawah pohon, aku pun segera membangunkannya.
“ow, kau sudah datang, kenapa kau begitu lama? Aku menunggumu sampai tertidur disini, apa kau mendapatkan bunganya?” Malcolm bertanya langsung padaku
“belum, merchant di sini kehabisan stok bunga Ice Freesia, tapi aku tahu tempat dimana kita bisa mendapatkan bunga itu.” tegasku
“apa? Perjalanan lagi..” Malcolm mengeluh
“berdirilah Malcolm, kau sudah beristirahat cukup lama” perintahku dengan santai
“baiklah, sekarang mau kemana kita?” Malcolm berdiri dan membersihkan bajunya
“akan kujelaskan di perjalanan, mari bersiap-siap”
Kami pun bergegas menuju West armory dengan santai aku jelaskan detail dimana bunga Ice Freesia bisa di temukan, Malcolm menanggapi dengan sempurna penjelasanku.Di tengah perjalanan kami menemukan seekor kucing berpenampilan elegan yang sedang kebingungan, karena begitu aneh maka Malcolm mendekatinya.
“M-monster APA INI?!” teriak Malcolm membuat kucing itu kaget bukan main, dan berlindung di belakangku, dengan nada kaget kucing itupun membela diri.
“A-aku bukan Monster! Aku hanya seekor kucing, meow!”kucing itu membela
“AAAA?! DIA BICARA!!” kami terkejut luar biasa mendengar kucing berbaju ini bisa bicara. Kucing itu meloncat dan bersembunyi di balik batu sementara aku menenangkan Malcolm yang tak henti-hentinya ingin menangkap kucing itu, setelah Malcolm bisa tenang dan aku ajak kucing itu berbicara.
“tenang kucing, kami tidak akan mengganggumu, kita bisa bicara baik-baik kan?” aku bertanya dengan hati-hati agar tidak menakutinya.
“apa kalian akan membunuhku, meow?” dia masih bersembunyi di balik batu dan sama sekali tidak terlihat sementara Malcolm melihat dari kejauhan dan memperhatikanku untuk menarik kucing itu keluar.
“tentu saja tidak, kami jauh-jauh datang dari Saint Haven bukan untuk mencari musuh, kami Adventurers, dan kebetulan bertemu denganmu di sini” jawabku dengan hati-hati
Kucing itu pun mulai menampakkan diri dari balik batu besar yang melindunginya, dengan pelan dia memberanikan diri dan terlihat memberikan muka yang memelas kasihan kepada kami.
“apa kau punya nama?” aku bertanya sambil mendekatinya
“masterku menyebutku Nye Nye, jadi kalian bisa memakai nama itu untuk memanggilku, meow” dia memperkenalkan dirinya dengan baik dan aku pun membalas demikian.
“namaku Tyrrz, dan ini temanku MalcolmMalcolm menganggukan kepalanya.
“apa yang kau lakukan di sini Nye Nye?” aku bertanya padanya karena dia terlihat bingung sebelum kami menemukannya tadi
“masterku.. umm, dia menghilang, meow” jawab Nye Nye sedih
“hilang? Apa kamu terpisah dengannya?”
“bukan meow, aku tidak berpisah dengannya, melainkan dia kabur dari rumah, hei kalian Adventurers bukan?  apakah kalian mau membantuku mencarinya, meow?”
“wowowowow, tunggu dulu, kau ingin kami mencari mastermu di rawa yang sangat luas ini? Kami pun juga punya misi yang harus diselesaikan” cetus Malcolm memotong pembicaraan Nye Nye
“baiklah jika kalian tidak ingin membantuu, maka aku akan mencarinya sendiri, meow” dengan patah semangat Nye Nye mulai ingin meninggalkan kami, aku merasa sangat kasihan dan aku kembali bertanya padanya lagi.
“tunggu, kalau boleh tau seperti apa penampilan master-mu itu?”
Nye nye pun berbalik dan menampakan wajah ceria kepadaku.
“Dia seorang gadis dengan baju gaun berwarna hitam dan terakhir aku lihat master mengenakan jubah berwarna biru saat lari dari rumah dan kemudian aku kehilangan jejaknya disini, meow” jelas Nye nye.
“baiklah, informasi itu cukup membantu, aku akan mencoba mencarinya, jika kami bertemu dengannya dalam perjalanan, aku berjanji akan membujuknya untuk pulang”
“waaah terima kasih banyak!! Kau sangat baik hati tuan.. umm,meow?” Nye Nye kebingungan memanggil namaku
“aku Tyrrz dan jangan lupakan sahabatku ini Malcolm!” aku memperkenalkan ulang diri kami padanya
“Terima kasih banyak tuan Tyrrz dan Tuan Malcolm!” sambil membungkuk Nye Nye terlihat begitu bahagia, setelah berbasa-basi kecil dan berpamitan, kami pun melanjutkan perjalanan menuju West Armory.



CHAPTER IV : Encounter

Kami sampai pada suatu kuil tua dengan begitu banyak bongkahan batu-batu besar yang berukir sakral.
“jadi ini West Armory, tampaknya seperti tidak ada kehidupan disini, hei Malcolm, apa kau masih sanggup?” Malcolm terlihat kelelahan dengan perjalanan yg kami tempuh.
“t-tidak masalah, lanjutkan saja, aku masih bisa berjalan” seru Malcolm.
Aku merasakan kejanggalan pada tempat ini, hanya ada kehidupan flora di sini sedangkan hewan seperti burung, tupai dan fauna hutan lainnya tidak kami temukan sama sekali.
“apa kau tidak merasakan keanehan Malcolm?”
“ya, sepertinya ada yang mengawasi kita tapi aku tidak bisa melihatnya”
Terlalu sunyi bahkan suara kami berjalan terdengar begitu nyaring, saat aku melihat ke depan ada gerakan aneh yang bisa aku lihat dari balik dedaunan dan beberapa saat kemudian melaju sebuah benda tajam mengarah tepat pada Malcolm.
Malcolm! Awas!!!” aku mendorongnya ke samping, namun karena begitu cepat sehingga dia tidak bisa menghidari anak panah itu.
“ARGHH! Ini perangkap!” Malcolm berteriak dengan kencang
Malcolm! Berlindung!” aku menahan beberapa anak panah dengan perisai dan memasang kuda-kuda untuk pertahanan, sementara Malcolm berlindung dibelakangku sambil memegang pundaknya yang berdarah akibat anak panah tadi.
Light! Strike! Protection!” aku mengeluarkan beberapa skill untuk meningkatkan kekuatan serangan, cahaya dan perlindungan, anak panah mulai berhenti menghujani kami, kuturunkan perisaiku ternyata gerombolan goblin menyerang kami secara berkelompok, sekilas aku melihat mereka menggunakan senjata-senjata fisik seperti kapak dan beberapa busur dan panah dari goblin tipe penyerang jarak jauh.
Heal!” dengan cepat kugunakan skill penyembuh untuk menyembuhkan luka Malcolm.
“aah, terima kasih Tyrrz!”
“apa kau bisa berdiri? Skill penyembuh ini tidak permanen namun akan membantumu untuk bertarung, bisakah kita mulai serangan sekarang!”
Malcolm berdiri sambil mengeluarkan tombaknya dan berteriak.
“tentu saja! aku akan membalasmu goblin! Jangan meremehkanku! HWAAARGGH!!” Malcolm menyerang ke depan sementara aku mensupport dari belakang.
Deep Thrust!” dengan tombak panjang dan runcing yang digunakan Malcolm, dia menerjang kawanan goblin itu dari depan hingga kebelakang dengan brutal.
“jangan terlalu jauh! Formasi terbaik kita adalah berdekatan bersama!” teriakku dengan nyaring
sementara Malcolm dengan brutal menhajar para goblin di kejauhan yang ternyata merupakan kawanan goblin yang memakai busur telah mengisi ulang anak panahnya dan siap menembakannya ke Malcolm.
Lightning Relic!” Sebuah relic besar terhempas dari langit menghantam kawanan goblin pemanah.
“terima kasih banyak Tyrrz!” dia kembali mendekat ke arahku, membentuk formasi bertahan bersama, kawanan goblin pemanah sibuk dengan relic petir yang telah terjatuh dari langit, kilatan dan sambaran listriknya mengacaukan para pemanah, kawanan goblin lain yang menggunakan kapak mulai menyerang kami secara bersamaan, pertahanan tetap kami lakukan karena jumlah mereka cukup banyak kemungkinan ada 60 kawanan goblin yang datang menyerang kami 20 diantaranya adalah goblin pemanah. Malcolm menghujamkan tombaknya terus menerus menangkis serangan dan membalasnya tanpa henti.
“kalau begini terus kita akan dipukul mundur oleh mahluk-mahluk buas ini!” teriak Malcolm terdesak
 “Malcolm menjauhlah!” Ku arahkan Manticore Wand tepat pada kumpulan goblin, Malcolm segera menjauh dari kawanan goblin yang mengepung kami, kekuatan aneh terasa dalam genggaman senjata yang baru aku dapatkan ini, ku ucapkan spell penyerang kearah kerumunan goblin.
LIGHTNING BOLT!!!” cahaya kilat halilintar yang tidak wajar berwarna hitam menyambar kawanan goblin hingga mereka tersengat dan terbakar, melihat kawanannya terbakar kerumunan goblin yang lain melarikan diri ketakutan.
“cahaya a-apa itu? Aku belum pernah melihat skill cleric berwarna hitam?” Malcolm kebingungan
“aku pun tidak tahu, wand ini seperti memberiku kekuatan ekstra dan aku tidak bisa menahannya” jawabku juga bingung
“ya sudahlah, kita pikirkan nanti saja, yang jelas mereka semua telah kabur ketakutan.” Malcolm menepuk pundakku, Kata-kata Malcolm ada benarnya namun aku masih bingung, apa ini? Kilat hitam? Bukankah skill yang aku pakai adalah kekuatan cahaya? Pasti ada rahasia dari Manticore Wand yang aku dapatkan dari Merchant Pero.
“hey Tyrrz, apa kau bisa gunakan Heal lagi?” Malcolm bertanya kepadaku
“maaf, skill healing tidak bisa digunakan dengan waktu yang singkat, lebih baik gunakan ini dulu” aku memberikan Healing Potion padanya
“terima kasih Tyrrz, kau dan perbekalanmu memang telah siap untuk bertarung, bahkan aku sampai lupa membawa benda seperti ini hahahaha” Malcolm tertawa cukup keras hingga bergema dipenjuru tempat
Malcolm! tawamu terlalu keras, monster lain bisa menemukan kita!”
“ah iya maaf-maaf, kemenangan harus kita banggakan bukan? hehe” jawab Malcolm
“sepertinya kita harus melanjutkan perjalanan, matahari masih berpihak pada penglihatan kita”
“meskipun lelah, mari kita lanjutkan lagi perjalanan ini! hahaha” Malcolm berdiri dan berjalan di depanku, terlihat berbeda dari pertama kami datang di pulau ini, semangat seorang ksatria kerajaan mulai terlihat serius dalam misi ini, kami terus maju dan melanjutkan perjalanan bersama-sama.


CHAPTER V : Blue Hooded Cape

Perjalanan yang cukup jauh, beberapa monster telah kami kalahkan, pertahan yang kami gunakan cukup ampuh mengatasi semua masalah pertarungan dengan para monster di daerah ini, namun kilatan cahaya hitam  dari senjataku tidak terlihat lagi, kami tetap menelusuri jalan hingga akhirnya kami sampai di tempat akhir dari West Armory, tak berapa lama kami mendengar suara teriakan yang tidak begitu jauh dari tempat kami berada, suara itu terdengar tepat berada di depan kami.
“Kyaaaaaa!!”
“apa kau mendengarnya Tyrrz?!” Malcolm berseru padaku
“ya, seperti suara wanita berteriak, dari arah sana!”
Kami berlari menuju dimana suara itu berasal yang sepertinya berada di bawah tebing tepat di depan kami, seorang wanita mengenakan jubah berwarna biru tampak terkepung dikelilingi oleh goblin dan magical artifact berbentuk magical sword.
“Tyrrz, lihat itu!” Malcolm mengarahkan telunjuk tangannya ke tangan wanita berjubah biru itu.
“itu Ice Freesia! tidak salah lagi!” jawabku
Kawanan goblin yang kaget dengan kedatangan kami, beberapa dari mereka mulai mendekati dan mengarahkan kapak besar yang mereka bawa kepada kami.
“Tyrrz! Selamatkan dia! Aku akan mengurus mahluk-mahluk beringas ini!” Malcolm berteriak
“baiklah! aku serahkan padamu!” aku langsung berlari dan meloncat ke arah kumpulan goblin dan mendaratkan perisaiku di atasnya, terhempas namun tepat berada di depan agar bisa menolong perempuan berjubah biru.
Lighting Relic!!” “NGUNG, BZZZZZT” suara Relic listrik yang aku summon dari langit tepat mendarat di kumpulan goblin dan magical artifact sword, mereka terpental jauh dan tersetrum oleh sengatan listrik yang menyambar dari lightning relic, namun mereka tidak gentar, mereka kembali maju menyerang, kemudian aku mengambil posisi menyerang, apapun yang mereka lakukan, aku akan melindunginya!
Grand Cross!” seberkas cahaya menyala berwarna emas berbentuk silang terbang mengarah ke pasukan goblin yang berada di depanku, mereka kembali terpental, jatuh dan berteriak kesakitan, kumpulan goblin pemanah ternyata mulai mengarahkan busurnya kepada kami dengan reflek ku tangkis puluhan anak panah itu dengan perisai yang ada di tangan kiriku.
“agh!” mereka menghujankan serangan bertubi-tubi meskipun aku berhasil menahannya dengan perisai tapi tetap saja aku bisa terluka, ingin kugunakan skill heal namun tidak akan bisa dengan serangan mereka secepat ini, tiba-tiba healing potion terlempar ke arahku, cairannya menyerap dengan sempurna pada tubuh ini, aku memalingkan wajah, ternyata perempuan itu yang melemparkannya kepadaku, luka kecil pulih, aku terkejut melihat wajah seorang gadis manis dengan bola mata berwarna coklat indah di balik penutup kepalanya, pandanganku hanya sekilas karena aku harus kembali fokus ke medan perang.
“terima kasih!” hanya kata itu yang bisa aku ucapkan sekarang.
Tiba-tiba serangan para goblin terhenti, mereka seperti ketakutan dan kebingungan.
“ada apa ini?” lantai tiba-tiba berguncang seperti ada gempa bumi.
“Tyrrz! Cepat lari!!!” Malcolm dan para goblin berteriak keras lari ketakutan, aku sadar ternyata di belakang mereka terlihat Golem raksasa sedang mengamuk berjalan kearah kami.
Relic!!” aku summon relic untuk menghalau jalan golem tersebut namun ternyata tidak berpengaruh, dengan mudahnya ia hancurkan relic seperti mematahkan dahan kecil.
“ayo ikut aku!”
“ah!” gadis itu ikut berlari bersamaku
Aku meraih tangannya, menarik dan mengajaknya berlari menjauh dari amukan golem yang datang ke arah kami, Malcolm tidak terlihat, semoga saja dia bisa lari menjauh dari amukan golem itu, aku berhenti, para goblin masih lari tidak karuan tepat di belakang kami.
“kita tidak bisa lari terus! berlindunglah di belakangku, Bind Relic!relic putih jatuh dari langit tepat di antara para goblin yang berlari menuju ke arah kami.
“ayo!” aku kembali menarik tangannya dan segera berlari menjauh
Bind relic merupakan sebuah spell relic yang tidak mengeluarkan listrik dan kilat cahaya namun kehebatan relic ini adalah mampu untuk mengikat monster di sekitarnya sehingga tidak bisa bergerak dalam beberapa detik. Para goblin terikat erat sambil menjerit, Golem besar itu menabrak kumpulan goblin yang terikat, memperlambat gerakan untuk mengejar kami, memang terlihat berhasil namun golem tersebut bertambah marah dan menghancurkan bind relic yang menancap ditanah dengan mudah, kami terdesak, tidak ada jalan lagi untuk lari dari amukan Golem ganas ini.
JUMP! Piercing Strike!!” suara keras Malcolm terdengar dari balik Golem, dia meloncat dan menancapkan tombaknya tepat di pundak Golem sehingga mengalihkan perhatiannya.
“Tyrrz! lari!!!” Malcolm berteriak keras dari atas tubuh golem, tanpa basa basi kami berlari melewati sisi golem yang bertambah beringas, tak disangka golem itu meloncat kemudian menghantamkan tubuhnya kembali ke tanah, guncangan besar terjadi seperti gempa bumi berskala besar.
“ARGGHHH!!!”
Malcolm berteriak kesakitan, terjatuh ke tanah namun tombaknya masih menancap di pundak golem itu.
Malcolm!!!” aku tidak bisa hanya diam menyaksikan partnerku bertarung sendirian.
Chain Lightning!” kilat cahaya putih menyambar tubuh golem dan membuat tubuh golem itu dialiri arus listrik yang kuat.
DETONATE!” Petir besar menyambar dari langit tepat mengenai tombak Malcolm menghantarkan arus listrik yang dahsyat sehingga membakar tubuh golem hingga membuatnya terjatuh, aku berlari ke arah Malcolm yang tergeletak akibat serangan golem tadi.
“Apa kau baik-baik saja?!”
“ughh, tangan kiriku, aku tidak bisa menggerakkannya” Malcolm merintih kesakitan, aku membantunya berdiri dan membawanya menjauh.
“terima kasih Tyrrz, sepertinya tangan kiriku ini patah!”
Aku membuka tas perlengkapan dan kuberikan healing potion padanya untuk meringankan luka-luka pada tubuh Malcolm, namun diluar dugaan, golem itu ternyata masih bisa untuk bangun.
“ROAAAAAAARRRRGGG!!!!” teriakan keras seperti suara gunung yang meletus, sangat nyaring dan menyakitkan telinga sehingga kami semua harus menutup telinga agar mengurangi  keras suaranya, golem itu mengarahkan pandangannya ke arah gadis berjubah biru, sepertinya dia lebih tertarik pada lawan yang lebih lemah, dengan tangan besarnya, dia mengangkat bongkahan batu dan mengambil posisi untuk segera melemparkan batu besar ke arah gadis itu, aku kebingungan dan terdesak, tidak bisa berpikir dengan waktu sesingkat ini, berada cukup jauh dari posisi dimana gadis itu, sementara Malcolm terluka cukup parah dan para goblin menuju ke arah kami, jika aku tinggalkan Malcolm di sini maka para goblin bisa membunuhnya dan juga aku tidak akan berhasil menolong gadis itu, keduanya tak bisa aku lakukan secara bersamaan, sepertinya hanya ini batas dari kemampuanku,  aku sangat ingin menjadi kuat agar bisa membantu yang lain, namun inilah akhir dari takdirku, aku tidak bisa menyelamatkan semuanya, maafkan aku..

“apa kau menginginkan kekuatan…”

Aku terkejut, sebuah suara berbicara padaku diikuti dengan suara kilat petir yang terdengar di atas langit diselubungi oleh awan hitam, aku bisa merasakan suara angin dan alam disekitarku dengan jelas.
“apa ini? Apa yang terjadi?!” tanyaku kebingungan
Tiba-tiba semua berubah menjadi putih, aku seperti masuk dimensi lain, hanya ada aku dan sebuah bayangan hitam tidak begitu jelas berada cukup jauh di depanku.
“aku bertanya padamu, apa kau menginginkan kekuatan?”
“ya! aku ingin jadi kuat! Aku ingin melindungi semua orang!” jawabku keras.
“kenapa kau ingin menjadi kuat?” Tanya bayangan itu
“jika mereka mati disini, maka ini merupakan kesalahanku yang tidak bisa aku lupakan sepanjang hidupku, sebuah penyesalan kenapa tidak bisa menjadi kuat, aku menyesal tidak bisa melindungi orang-orang yang ada disekitarku!” jawabku lagi
“kekuatan, tidak ada yang terkuat di dunia ini, kekuatan hanya sebuah simbol dari kemampuan, namun keyakinan pada dirimu lah yang bisa berubah menjadi suatu kekuatan, apa kau memiliki keyakinan?” bayangan hitam misterius itu bertanya padaku, sekilas aku berpikir selama ini aku hanya menginginkan kekuatan agar aku bisa menjadi lebih kuat dari sebelumnya namun tidak ada suatu keyakinan untuk membuat kekuatan menjadi sebuah harapan untuk membantu orang lain.
“keyakinan, aku memilikinya namun aku selalu ragu, keraguan ini membutakan keyakinanku sehingga hanya pencarian kekuatan yang aku inginkan, mendengar penjelasan singkatmu itu kini aku sadar bahwa keyakinan lah yang selama ini harus aku cari.” jawabku tegas
“kejujuran dan kesadaranmu telah membuktikan suatu keyakinan padaku, sekarang buktikan padaku, kuberikan kekuatan ini sebagai bentuk harapanmu demi menolong orang lain, maka gunakanlah kekuatan ini dengan kebenaran yang kau yakini” bayangan hitam itu berlari kencang menuju ke arahku,  semakin dekat semakin terlihat bentuknya, sayap hitam dan tanduk merah yang ada di kepalanya, wujud jiwa Manticore hitam, dia menabrakkan dirinya tepat mengenai tubuhku, ada yang berbeda dari rasa sebelumnya, seperti perasaan semangat yang baru, kekuatan baru memenuhi tubuh ini.
“terima kasih..” hanya kata itu yang bisa aku ungkapkan.
Cahaya terang menyelimuti seluruh badanku, tubuhku terangkat keatas melayang di udara dan kilatan hitam meledak dari seluruh penjuru dan membuat percikan petir hebat tak terkendali.
Heavenly Judgement!!” Cahaya petir dan kilat berwarna hitam keluar dari tubuhku semua kilatan dan cahaya itu menghantam dan membakar serta menghancurkan tubuh Golem seperti mencabik-cabiknya hingga hancur berkeping-keping.
“GRAWWWWWWRRLLLLLL!!” golem itu berteriak meronta kesakitan.
golem itu jatuh dan musnah, aku kembali menginjak tanah, tanpa aku sadari aku terjatuh dan hampir menghantamkan kepalaku ke tanah namun dengan segera gadis itu berlari kearahku menangkapku agar tidak terjatuh, badan ini seperti tidak bisa digerakan namun aku masih bisa menahan dengan kedua kakiku, aku mencoba untuk duduk dan bersandar dipangkuan gadis itu, angin bertiup kencang ke arah kami, penutup kepala dari jubah berwarna biru itu pun terbuka meskipun pandanganku tidak begitu jelas namun mataku masih bisa melihat wajah manis serta air mata membasahi pipinya, terlihat jelas telinga yang berbeda dengan manusia, dia seorang Elf, aku tidak bisa berpikir lagi, semua menjadi gelap dan aku tak sadarkan diri.


CHAPTER VI : A Short Night

Cahaya matahari terlihat redup, angin yang dingin mulai terasa menusuk kulit, hari berganti menjadi sore hari yang lembab. Badanku terasa berat dan kaku, tak berapa lama aku membuka kedua mataku yang masih melihat tidak jelas keadaan dimana aku berada.

“ughh, dimana aku, kenapa dengan badan ini?” aku bingung kenapa badanku terasa sangat berat dan aku menoleh dan ternyata,
“EHH?! MALCOLM?!!” aku terkejut luar biasa, ternyata dia tertidur di sebelahku dengan memelukku erat sambil bergumam tidak jelas
“aaa, ayolah Lady, kau tidak perlu malu begitu padaku, ummm” gumam Malcolm
Dengan seluruh tenaga yang aku miliki aku berusaha melepaskan pelukannya, aku berhasil lepas dan melompat menjauh dari tubuhnya, sepertinya dia sedang bermimpi aneh dan aku menjadi sasarannya.
Suara tawa kecil terdengar dari balik api unggun, aku melihat seorang gadis Elf berjubah biru dengan warna rambut biru malam yang diikat 2 dengan pita hitam diatas kepalanya, wajah manis putih serta matanya yang berwarna coklat terlihat jelas. Ya, aku ingat, dia gadis yang menolong dan menopangku agar tidak terjatuh. Dengan wajah bingung aku terus memandanginya tak tau apa yang ingin aku katakan.
“apa kau sudah merasa baikan?” dia memandangiku dan bertanya padaku dengan nada suara yang manis
“y-ya, a-aku baik-baik saja!” apa yang kulakukan? Kenapa aku menjadi gugup di depan gadis manis ini
“bagus lah” dia tersenyum padaku
“sebentar, apa yang kau lakukan disini?” aku bertanya padanya
“badan kalian sangat berat, tapi aku berusaha mungkin mengobati luka-luka yang ada di tubuh kalian dengan beberapa Healing potion.” dia menjawab singkat
“jadi kau merawat kami?” aku melihat keadaan tubuhku, tanganku penuh perban luka tapi tidak begitu sakit.
“ya bisa dibilang begitu” dia tersenyum dan mendekatkan tangannya ke api unggun, aku baru sadar bahwa hari telah menjadi malam, dinginnya begitu menusuk ke kulit dan aku ikut duduk mendekatkan badanku untuk menghangatkan badan.
“aku berterima kasih kalian telah menyelamatkanku, tanpa kalian entah bagaimanakah yang akan terjadi padaku tadi.” gadis itu menunduk
“tidak apa, itu memang tugas kami untuk saling membantu.” jawabku yakin
“aku tidak menyangka ada orang yang sangat berani seperti kalian dan terutama kau, aku sangat terkejut melihat kekuatanmu begitu dahsyat!” dia menatapku bangga
“a-aku  juga tidak mengetahui itu, semuanya terjadi secara singkat dan aku tidak begitu ingat apa yang telah terjadi” aku sedikit kebingungan dengan apa yang aku pikirkan.
“jadi apa tujuan kalian kemari? Apakah sekedar bertualang?” dia bertanya
“kami berdua Adventurers dan kami di utus oleh guild Saint Haven kemari bertujuan mencari bunga Ice Freesia.” aku menjelaskan secara detail
“bunga? Ice Freesia?” gadis itu berdiri dan mendekati seekor hewan yang ada di dekat kami ternyata seekor kuda Putih Snow White Breeze ada di dekat kami, gadis itu mengambil sebuah bunga dari kantong yang ada di samping tunggangan kuda, sebuah bunga berwarna biru laut dan bersinar menerangi kelopaknya.
“benar, itu Ice Freesia yang kami cari.” aku memandangi dengan seksama bunga itu, ternyata lebih indah dan menawan daripada gambar yang ada dalam surat perintah kami.
“bunga biru ini katanya bisa membuat suasana hati menjadi tenang ketika melihatnya, oleh sebab itu aku kemari mencarinya” gadis itu menerangkan tujuannya, memang benar, setelah aku melihat bunga itu perasaanku menjadi lebih tenang karena keindahannya.
“kau boleh memilikinya” dia memberikan bunga itu padaku secara cuma-cuma
“a-apa kau yakin? Bukankah kau juga memerlukan bunga ini?” aku bertanya kebingungan
“ambil saja, ini sebagai tanda terima kasih karena telah menyelamatkanku dari kejadian tadi” jawabnya dengan tersenyum manis padaku
“aku sangat menghargai pemberian ini, aku juga mengucapkan terima kasih banyak.” jawabku tegas
Aku simpan bunga itu dalam tas perbekalan dan kembali duduk di dekat api unggung yang masih terus menyala menghangatkan kami. Aku sepertinya ingin mengetahuinya lebih dalam lagi seperti apa yang dia lakukan disini sendiri, apakah hanya karena Ice Freesia yang dicarinya?
“hei, umm, errr.. nona?” aku kebingungan memanggilnya
“panggil saja aku Harori” dia tersenyum.
“N-nona Harori, apaka..”
“cukup Harori saja” dia memotong kata-kataku dan tertawa kecil
“baiklah.. Harori, kenapa kau ada ditempat seperti ini? Bukankah sangat berbahaya berjalan seorang diri?” aku bertanya mengenai kondisinya.
“aku membaca sebuah buku yang aku temukan di rumahku, di situ aku mengetahui bahwa ada sebuah bunga yang bisa membuat perasaan ini menjadi nyaman, aku ingin mencarinya, ingin meyakinkan diriku bahwa bunga itu benar-benar bisa membuatku terasa nyaman dan terbebas dari semua.” dia menjelaskan, aku mengangguk menerima kondisi yang dia ceritakan, dia memandang langit malam, seperti ada perasaan kesepian menyelimuti dirinya, aku mencoba memecah suasana agar dia bisa tersenyum lagi.
“bebas, seperti tidak ada halangan dan menentukan apa yang kita mau bukan?” aku mencoba menarik perhatiannya, dia melihat kearahku.
“seperti burung yang terbang bebas di atas langit, seperti ikan yang berenang di samudera yang luas!” aku mencoba menjelaskan lagi
“iya, kebebasan untuk memilih takdir hidup kita sendiri!” Harori menjawab sambil tersenyum, aku pun merasa lega melihatnya bisa tersenyum manis lagi.
“namamu, Tyrrz kan?” Harori menyebut namaku  dengan ragu
“ya, aku Tyrrz, aku sampai lupa mengenalkan diriku, kenapa kau bisa tahu namaku?” aku bingung
“aku mendengar dengan keras temanmu itu berteriak menyebutkan namamu saat pertarungan menegangkan tadi.” Jawab Harori tersenyum
“ah, maafkan aku, baru sekarang bisa memperkenalkan diri, aku Tyrrz dan dia Malcolm” aku kembali memperkenalkan diriku dan menunjuk Malcolm yang masih tertidur pulas.
“aku Harori, maaf telah membuat kalian kesusahan” dia tersenyum manis, Kami pun tertawa bersama.
Hari semakin gelap dan aku menyuruh Harori untuk tidur lebih dahulu sementara aku berjaga mengantikannya yang telah merawat kami dari tadi, dia tidur berbaring di sampingku.
“Tyrrz?”
“ya?” aku sambil membenahi api agar terus menyala
“terima kasih sudah mengajakku bicara dan terima kasih atas pengertianmu.”
“sama-sama Harori, aku juga berterima kasih atas kebaikanmu” aku tersenyum karena akhirnya aku bisa membuat perasaannya menjadi riang kembali, dan waktu malam yang dinginpun kami lewatkan dengan aman dan damai.
CHAPTER VII : Going Back

Pagi yang cerah dengan cahaya matahari hangat menembus kuil tua west armory, Harori bengun lebih awal seperti yang aku duga, kami pun bersiap-siap membenahi bekal yang ada, sementara Malcolm masih tidur dengan lelapnya, aku tidak ingin membangunkannya sekarang.

“Tyrrz?”
“ada apa Harori?” dia mendekat ke arahku, sangat dekat
“apa kau lihat itu?” Harori menunjuk ke arah semak-semak dan aku menoleh.
“Chu~” sebuah kecupan hangat yang tidak aku sangka, aku hanya bisa terdiam bingung karena kaget
“terima kasih untuk segalanya, mungkin kita tidak akan bisa bertemu lagi tapi aku akan selalu mengingatmu.” Harori tersipu malu
“sepertinya aku harus pergi dahulu karena ada sesuatu yang harus kukerjakan” Harori bergegas
“A-aku tidak akan menghalangimu, kau bebas melakukan apa yang kamu mau.” Harori tersenyum kepadaku sambil menaiki kuda putihnya
“kau memang seseorang yang baik.” jawabnya
“A-aku berharap kita bisa bertemu lagi, Harori..jaga dirimu baik-baik” Harori beranjak pergi dengan kuda putihnya sambil melambaikan tangannya, aku hanya bisa membalas melambaikan tanganku dan melihatnya pergi hingga jauh dan terlihat lagi, aku berharap bisa bertemu dangannya suatu saat nanti, kecupan ini, meskipun sekilas, namun tak kan pernah aku lupakan seumur hidupku.
Setelah aku membenahi bekal perjalanan, akhirnya aku membangunkan Malcolm yang masih tertidur lelap dengan sedikit cipratan air dari kantong minumanku, dia terkejut dan segera bangun.
“hooaaaam” Malcolm melihat sekeliling tempat dia berada dengan kebingungan
“ada dimana ini? Hei, tanganku, tanganku sudah pulih?” Malcolm menggerakkan tangannya
“kita masih di West armory, apa kau ingat gadis berjubah biru itu? Dia yang merawat kita setelah kejadian kemarin” aku menjelaskan kondisinya
“aku harus berterima kasih dengan gadis itu, dimana dia?” Malcolm berdiri dan mencari gadis itu kesana kemari
“dia sudah pergi lebih dahulu.” jelasku lagi
“sayang sekali tapi ya sudah lah” Malcolm terlihat sedikit kecewa
“coba lihat ini” aku mengeluarkan Bunga Ice Freesia dari tas perbekalan
“kau menemukannya! Akhirnya kita bisa kembali ke Saint Haven!” dia berteriak kegirangan
“ya, Harori memberikannya padaku” pandangan Malcolm padaku berubah, dia Nampak sangat kaget mendengar kata Harori dengan cepat dia memegang pundakku dan bertanya
H-harori katamu?!”
“namanya Harori, dia gadis berjubah biru itu.” Aku menjelaskan
“HARORI??!!” teriaknya kencang, wajahnya yang malas berubah menjadi kaget luar biasa
“a-ada apa denganmu! Hei lepaskan tanganmu” Malcolm melepaskan kedua tangannya
“apa kau mengenalnya?” aku bertanya bingung
“semua orang mengenal Harori! Dia seorang Elf dan seorang Idol terkenal yang sangat di bicarakan di seluruh pelosok Verathea ini! Dan dia di sini bersamamu, semalaman, dan kau tidak membangunkanku?” Malcolm berteriak keras, aku terlalu fokus dengan misi dan pencapaian belajarku menjadi seorang cleric terbaik, jadi aku tidak ada waktu untuk yang lain.
“kau sedang dalam masa penyembuhan malam itu dan juga tidurmu sangat nyenyak sekali jadi aku takut merusak mimpi indahmu” bantahku
“ke arah mana dia pergi? Aku harus mengejarnya!”
“kurasa kau tidak akan mungkin bisa mengejarnya, dia menaiki kuda dan mungkin sangat jauh sekarang dari sini sedangkan kita hanya berjalan kaki.” sepertinya kata-kataku menghancurkan harapan Malcolm bertemu Harori, tapi sepertinya aku bersukur Malcolm tertidur pulas malam itu, karena entah apa yang akan terjadi jika dia bertemu seorang idol, malam yang tenang bisa berubah menjadi malam yang memalukan, aku jadi sedikit merasa lega.
“t-tidak, Harori-chan..” dia tersungkur di tanah dan seperti suatu penyesalan besar yang ada dalam dirinya.
“sudahlah Malcolm, mungkin suatu saat nanti kau pasti bisa bertemu dengannya.” aku meyakinkannya, dia menoleh kearahku dengan memasang raut wajah hancur tak beraturan seperti ingin menangis, marah dan menyesal, aku hanya bisa tertawa melihat kelakuannya
“ayolah, perjalanan kita masih panjang, kau harus mengembalikan semangatmu agar kita bisa sampai di Saint Haven dengan cepat.” akhirnya Malcolm bangkit dan menyadari semuanya
“dunia memang kejam! Harori! Aku pasti bisa bertemu denganmu bahkan memelukmu suatu saat nanti!” sebuah pernyataan konyol yang baru aku dengar dari seorang Guardman sepanjang hidupku. Kamipun bergegas pergi keluar dari West armory, dalam perjalanan Malcolm menyadari suatu hal.
“Hei Tyrrz, apa kau ingat Nye Nye?”
“ah, aku ingat, kucing yang kehilangan masternya itu kan?”
“kau ingat warna jubah Harori?”
“b-biru! Jadi dia..”
“ya! Harori merupakan Master dari kucing aneh yang bisa bicara itu! Aku harus menemui kucing itu!”
“hei! Tunggu aku!” Dengan semangat, Malcolm berlari cepat menuju tempat dimana kami pertama kali bertemu dengan Nye Nye di gerbang masuk West Armory. Sesampainya di pintu masuk West armory kami terdiam, tidak ada lagi Nye nye yang kami cari, Malcolm hanya termenung.
“sudahlah Malcolm, mungkin dia sudah kembali ke kota”
“Kesempatanku.. H-harori-chan..” Wajah Malcolm terlihat begitu menderita, kami terus melanjutkan perjalanan untuk pulang menuju Saint Haven sambil memberi Malcolm semangat.
 


CHAPTER VIII : A Hope

Perjalanan cukup lama kami tempuh dengan penuh perjuangan dan kesabaran, meskipun Malcolm kembali mabuk laut tapi akhirnya kami sampai juga di dermaga Herlmalte dengan selamat.
Pintu gerbang Saint haven terbuka kami terus melangkah menuju Café dimana Klien kami telah menunggu. Di depan café Saint Haven, banyak orang sedang duduk santai menikmati minuman dan saling berbincang-bincang. Aku lihat sekeliling café dan langsung terlihat kumpulan orang yang mengenakan pakaian lain dari yang lain, kami segera menuju ke tempat para orang itu duduk.
“permisi, apa kalian Klien yang bernama GM yang meminta bunga Ice Freesia” tanyaku dengan sopan
“benar, jadi apakah kalian telah mendapatkannya?” jawab salah seorang dari kumpulan itu dengan cepat.
“kami telah mendapatkannya” aku menunjukan bunga itu yang ada dalam sebuah toples kecil ke arah mereka
“wah, kalian berhasil menemukannya dengan waktu yang cukup singkat, terima kasih banyak” orang-orang itu pun berdiri dan berterima kasih pada kami
“t-tidak apa, itu memang menjadi tugas kami” balasku dengan penuh hormat
“atas rasa terima kasih kami, ini ada sesuatu untuk kalian” salah satu dari klien kami mengeluarkan kotak berwarna kuning dengan pita berwarna biru muda
“apa ini?” aku bertanya kebingungan
“benda ini bernama Mystery G-box, benda ini berisi impian dan harapan dari para adventurers seperti kalian, kalian tidak akan tahu apa isinya kecuali membukanya, sudah ambil saja tak perlu ragu” salah seorang GM menjelaskan kepada kami. Aku memegang kotak itu dan merasakan seperti kejutan besar yang ada di dalamnya.
“kalau begitu terima kasih banyak! Kami akan memakainya dengan baik”
“kalau begitu kami permisi dulu, misi kalian telah selesai dan ini surat pernyataan dari kami” seorang GM menandatangani surat Quest dan memberikannya kepada kami.
“sekali lagi terima kasih banyak..” akhirnya mereka berdiri dan pergi dari hadapan kami.
“hei, mau kita apakan benda in?” aku memperlihatkan kotak itu kepada Malcolm
“kau sangat berusaha keras dalam misi ini, aku serahkan benda itu padamu kau pasti bisa menggunakannya dengan baik” tegas Malcolm
“baiklah kalau begitu, terima kasih banyak” aku menyimpannya kedalam tas perbekalanku
“ayo kita selesaikan tugas kita, aku sepertinya ingin tidur seharian sekarang huahahaha!” Malcolm bersemangat
“ya!” seruku dengan senyuman lebar, kami berdua pergi menuju markas guild untuk menyerahkan surat keberhasilan quest yang kami terima kepada Master Gunther. Master Gunther menerima dan memuji hasil kerja kami, aku dan Malcolm kemudian berpisah untuk kembali ketempat masing-masing. Di penginapan, aku membenahi semua perbekalanku dan setelahnya aku berbaring di kasur yang  begitu nyaman rasanya.
“seorang Idol ya..” aku tersenyum, teringat raut manis wajahnya, merasakan sepertinya dia masih berada didekatku, tanpa kusadari akupun tertidur lelap hingga menunggu pagi datang.


CHAPTER IX : Memories

1 tahun berlalu, waktu berjalan begitu cepat, Saint haven menjadi tempat yang sangat nyaman untuk aku tinggali, suasana yang begitu ramah dari warganya, berbagai training dan quest telah aku lewati, pengalaman terus bertambah dari hari ke hari, keyakinan yang aku tanamkan pada diriku menjadi suatu kekuatan yang akan aku gunakan untuk melindungi siapapun bagi yang memerlukannya, beberapa tingkatan pangkat adventurers telah aku lewati bahkan Master Gunther mempercayakan aku sebagai pemimpin dalam quest sebagai pembimbing para generasi adventurers berikutnya. Aku merasa senang, namun sepertinya ada yang kurang dari hidupku, aku hampir melupakan suatu kenangan yang penting dalam hidup yang pernah aku rasakan sebelumnya, kenangan bersama dengannya, sebuah senyuman dan kecupan manis darinya, apakah aku bisa bertemu denganmu lagi.

Suasana pagi yang hangat serta merdu kicauan burung mengiringi langkahku menuju markas guild, berbagai salut di berikan oleh adventurers pemula yang bertemu denganku di jalan menuju markas, tak lama kemudian Malcolm menepuk punggungku keras dari belakang.
“Hei Tyrrz! Selamat pagi!” teriaknya menyapa
“selamat pagi Malcolm” balasku
“ada apa denganmu? Ini baru pagi hari, kenapa kau terlihat tidak begitu semangat?” Malcolm bertanya
“ah, maafkan aku, aku sedang memikirkan sesuatu”
“ahahaha! Apa yang kau pikirkan, jangan-jangan kau memikirkan wanita?” memang benar aku sedang memikirkan seseorang yang menarik perhatianku dulu
“sudahlah Malcolm, dia tidak mungkin berpikir sama sepertimu yang selalu saja wanita.” Joey bersuara dari belakangku.
“APA?! Memangnya aku selalu memikirkan wanita?!” Malcolm membalas
“benar sekali” aku dan Joey menjawab secara bersamaan.
“kenapa kalian begitu kompak menjawabnya? ternyata kedua sahabatku bersekongkol selama ini!” Malcolm terlihat kesal
“sudahlah kita jalani saja hari ini, mungkin ada suatu kejutan yang akan kamu temui di garis takdirmu, terutama kau Tyrrz, masa depanmu cerah, kau harus memanfaatkan itu baik-baik” Joey menasehatiku
“sejak kapan kau jadi peramal Joey?!” Tanya Malcolm
“tanyakan saja pada Lady Kayleen, dia memberi tahuku.” Jawab Joey
“apa kau mendapatkan quest dari Lady lagi?! Kenapa selalu saja kau yang di suruhnya?” Malcolm mulai marah
“hahaha kau tidak akan kuberi tahu!” jawab Joey sambil berlari
“sialan kau Joey! Cepat beri tahu aku!!” Malcolm berlari mengejar Joey
Aku hanya bisa tertawa melihat kelakuan mereka, aku berpikir ada benarnya kata-kata yang Joey maksud tadi.
“kau benar Joey, aku harus berpikir positif” aku harus bisa lebih maju dari sebelumnya

Saat jam istirahat tiba aku, Joey dan Malcolm berbincang pada tempat istirahat
“hei apa kalian sudah tahu?” Tanya Malcolm
“wanita lagi?” Joey menjawab dengan nada mengolok
“emm iya sih, tapi ini berita penting! Dan kalian harus tahu!” Malcolm bersikeras ingin menjelaskan
“sudah-sudah Joey, baiklah Malcolm berita apa memangnya?” aku berusaha mendengarkan
“kau ingat Idol Harori?”
HaroriI, nama itu selalu aku ingat.
“hei Tyrrz? Apa kau mendengarkanku?” Malcolm bertanya
“y-ya aku mendengarkanmu, sebenarnya ada apa dengan Harori?” aku sangat penasaran
“hmm, jadi kau tertarik untuk mendengarnya?” Malcolm tersenyum lebar
“baiklah Malcolm, aku penasaran dengan berita yang kau sampaikan karena sudah lama aku tidak mendengar kabar Harori” aku memohon penasaran
“hei jangan lupakan aku, aku juga menyukai Harori” jawab Joey
“kau tahu Irine kan?” Malcolm bertanya lagi
“ya, aku tahu dia, event planner yang menggunakan rok minim itu kan?” jawab Joey
“hmmm..” Aku dan Malcolm memandangi Joey dengan mata tajam seakan membuat Joey tersudut
“b-benarkan? Hei! A-aku menjawab seperti apa yang a-aku lihat! dan juga apa hubungannya dengan Irine?!” Joey mengelak
“owh iya, kembali ke topik utama, aku dengar dari Irine-chan, katanya Idol Harori akan mengadakan pertunjukan besar di sini! di Saint Haven! Saat festival nanti, Berita ini belum tersebar di kota ini hanya aku saja yang tahu!” Malcolm menjelaskan
Seperti ada harapan baru yang datang dalam hidupku, ada tujuan untuk melihatnya lagi
“jadi kapan pertunjukan dia itu diadakan?” Joey bertanya
“nah itu dia yang belum aku ketahui, kita lihat saja perkembangannya nanti, ah senang sekali hatiku bisa melihat Harori-chan chu-chu-chu~” Malcolm kegirangan sambil memeluk tubuhnya sendiri.
“lebih baik kita tunggu saja, nantikan ada selebaran atau kabar dari orang-orang mengenai Pertunjukan Harori ini” jelas Joey, akupun sependapat dengannya, lebih baik menunggu dahulu sambil terus menjalankan kehidupan seperti biasanya.


CHAPTERX : The Idol Harori

3 minggu berlalu, banyak hal yang telah aku lewati berita tentang festival Saint Haven sangat ramai dibicarakan oleh orang-orang bahkan poster Harori terpampang jelas di dimana-mana bahkan di Quest Board sekalipun, aku sering melewati poster yang ukurannya lumayan besar itu menuju markas guild.
“ternyata kau sungguh terkenal ya Harori, apa mungkin kita bisa bertemu? Sepertinya aku bermimpi, haha” aku tertawa kecil
Akhirnya aku mengetahui kapan festival besar ini diadakan setelah Malcolm menberikan selebaran mengenai waktu dan tempat pelaksanaan festival besar Saint Haven.
“3 hari dari sekarang, mungkin melihatmu dari kejauhan saja sudah akan mengobati rasa ingin bertemu denganmu, itu sudah cukup”
2 hari berlalu, Saint Haven disibukan dengan rangkaian kegiatan menyambut festival hari jadi kota Saint Haven, seluruh warga antusias bersama-sama saling membantu meramaikan suasana, seluruh kota di dekorasi sebagus dan seindah mungkin, dan satuhal yang paling membuatku kaget yaitu antrian panjang untuk konser Harori, aku sangat tidak menyangka bahwa memang seluruh warga Saint Haven menyukai dia yang adalah seorang Idol dan bintang Verathea, meskipun terlihat sangat panjang namun aku tetap ikut dalam antrian tersebut dan akhirnya aku mendapatkan tiket nontonnya.
Hari ini hari dimana festival besar dimulai, tawa bahagia terlihat dari seluruh wajah warga Saint Haven, semua terlihat senang dan sibuk dengan aktifitasnya masing-masing, bagaimana denganku? Hari ini memang hari yang aku tunggu untuk bisa melihatnya lagi dan memastikan apakah dia baik-baik saja.
Sebuah tempat besar di Saint Haven dengan dilengkapi oleh kilauan cahaya lampu serta poster-poster Harori, terdapat juga berbagai macam bingkisan menarik semua mengenai dirinya ada disini, aku memasuki tempat itu dan mendapatkan kursi duduk di bagian tengah, sebelum acara dimulai semua sudah berteriak keras.
HA-RO-RI! HA-RO-RI! HA-RO-RI!” para fansnya berteriak memanggil namanya secara bergantian bahkan aku lihat Malcolm termasuk salah satu yang berteriak paling keras diantara mereka, aku tersenyum melihat kelakuannya. Suasana yang terang tiba-tiba menjadi gelap, muncul cahaya dari 1 arah menuju ke arah panggung dan munculah seorang gadis elf bergaun biru semua orang pada tertegun melihatnya seperti terhipnotis dengan kemunculannya di tengah panggung.
"Lovely Cutey Pretty Your Idol, Harori♡!" Harori mengucapkan kata-kata idolnya dengan gaya yang sangat manis sehingga seluruh penonton bergemuruh menanggapi kata-kata manisnya, akupun terpesona seperti WOW, pertama bertemu dengannya dia tidak seperti ini, dulu dia kelihatan seperti pendiam tapi disini dia sangat berbeda.
Harori menyanyikan beberapa lagu, dia menari dengan ceria dan anggun aku pun menikmati suasana layaknya orang yang ikut terbuai dengan kharisma dari seorang Idol. 2 jam berlalu hampir disetiap aksinya dia begitu memukau, berkilau bagaikan permata yang memantulkan cahaya matahari. Di akhir aksinya, Harori berterima kasih sebesar-besarnya kepada para fans yang telah hadir menyaksikannya dia terlihat sangat bahagia melihat suasana yang begitu ramai dan luar biasa di Saint Haven ini, dia menundukan badannya dengan mengucapkan sampai jumpa lagi kemudian pergi menuju balik panggung yang gemerlap, dan pada saat itulah aku menyadari ada suatu kejanggalan, saat Harori berpaling aku melihat wajah yang terlihat ceria nampak berubah menjadi kesedihan, wajah itu, wajah yang aku ingat saat bersamanya, sebuah kesendirian, wajah menginginkan kebebasan seperti yang diceritakannya dulu, rasanya ingin sekali segera bertanya dan menemuinya namun apakah mungkin aku bisa? Melihatnya dari jauh saja sangat susah apalagi bertemu langsung dengannya, aku menundukkan kepala dan berjalan keluar dari gemerlap panggung Harori.


CHAPTER XI : Under The Moon

Hari berganti menjadi malam, cahaya indah lampu menghiasi malam yang gelap dan dingin di Saint Haven dan membuatnya terasa hangat dan bercahaya terang benderang, suasana yang ramai masih terlihat namun tidak seramai suasana pagi hari tadi, aku kembali berjalan menuju kepenginapanku.
“hari yang menyenangkan, kuharap kau bisa menikmati harimu tadi Harori.” menyenangkan? apa yang aku pikirkan dari kata menyenangkan? Aku sangat mengingat jelas wajahnya ketika acara selesai tadi, apa itu menyenangkan? Aku hanya bisa berharap dia baik-baik saja. Tiba-tiba sesosok kuda putih melintas di sampingku dengan cepat, aku hampir saja tertabrak dan aku terkejut sesosok jubah berwarna biru menaiki kuda putih dengan cepat menuju arah Black Mountain.
“tunggu dulu, apakah itu, H-harori?” aku mencoba mengingat kembali penampilannya pertama kali bertemu denganku dan sepertinya memang benar itu adalah dia, tak lama seekor kucing berlari dengan kewalahan mengejarnya.
“huff.. huff.. m-master.. tolong jangan egois l-lagi meoww!” sambil berlari dan berteriak, tak salah lagi, kucing itu Nye Nye, kucing yang kehilangan masternya saat aku dan Malcolm mencari Ice Freesia di West Armory dulu, ternyata memang benar Masternya adalah Harori, dengan cepat aku berlari mencoba mengikuti Harori sebisa mungkin demi mengetahui sebenarnya ada apa yang terjadi sehingga dia kembali melarikan diri.
Aku berlari sekuat mungkin untuk mengejarnya, Nye nye terlihat kelelahan dan duduk tak berdaya di bawah pohon.
Nye nye biarkan aku yang mengejarnya!” tanpa pikir panjang aku berlari secepat mungkin.
“T-terima kasih Adventurer! Aku berharap padamu meeoww!” Nye nye kembali duduk dan aku kembali fokus berlari, suasana terlihat sangat gelap karena tidak ada cahaya sedikitpun di jalan menuju Black Mountain.
Glow up Light!” sebuah skill yang membuat senjata yang aku gunakan menyala seperti lampu yang menyinari jalan sehingga memudahkanku melacak jejak kuda menuju kemana Harori berada. Aku terus berlari tanpa lelah, aku sangat khawatir dengannya, karena dia kembali seorang diri pergi ke tempat dimana banyak bahaya menanti, bagaimana jika hal dulu terjadi lagi? Aku harap dia tidak apa-apa.  Cukup jauh aku berlari, namun akhirnya aku menemukan kuda Snow White Breeze miliknya dengan tali terikat di sebatang pohon, aku hilangkan skill cahayaku dan menyadari aku telah berada di bukit Black Mountain.
“huf.. huf.. huf.. kemana kau pergi Harori..” sambil menarik nafas panjang aku kembali berjalan mendekati kuda putih itu dan mengelusnya, kuda yang memang sangat terawat sekali, aku berjalan menuju bukit rumput yang luas, dan sepertinya aku mengenal tempat ini.
“tempat ini..” di bawah sinar bulan yang terang aku bisa melihat gadis berjubah biru, ya dia Harori, aku masih melihatnya dari kejauhan, perlahan aku dekati dia semakin dekat, semakin dekat dan akhirnya aku ada kira-kira 5 meter dari posisi dia berdiri, aku diam melihat dirinya tertegun memandang bulan terang di atas langit, kemudian dengan pelan aku menyapa.
Harori?” sapaku dengan suara kecil namun dia tidak ada merespon.
Harori?” aku kembali menyapa dengan nada yang lebih tinggi dari sebelumnya dan dia membalikkan badannya sambil kaget dan berteriak.
“aku tidak ingin kembali sekarang! Biarkan aku pergi! Aku terlalu lelah dengan semua ini..” jawab Harori, aku terdiam melihatnya
“ini aku,Tyrrz.. apa kau masih mengingatku?” aku mencoba menerangkan
“Tyrrz?” dia mencoba mengingatnya karena memang kami hanya bertemu sebentar dan tidak pernah bertemu lagi selama 1 tahun lamanya.
“ya, namaku Tyrrz.. kita pernah bertemu di West Armory? Apa kau ingat?” aku menjelaskan lagi sambil mengaktifkan skill Glow up light agar dia bisa melihatku dengan jelas, dia memandangiku dan terkejut serta tersenyum sambil meneteskan air mata, aku tersenyum dan berjalan mendekat ke hadapannya, kuhapus air mata yang membasahi pipi manis Harori.
“apa kau tidak keberatan jika aku disini?”
“un…” Harori mengangguk dan kemudian menyandarkan kepalanya di dadaku, dengan reflek aku memeluknya perlahan.
“kau sudah berusaha dengan baik, aku bersamamu sekarang, menemani kebebasanmu, kau tidak sendirian lagi” dibenakku aku mengerti sekarang.. seorang Idol yang terkenal di Verathea namun dia tetaplah bisa kesepian dan menginginkan kebebasan layaknya mahluk hidup yang menentukan takdirnya sendiri.
“hiks..” Harori kembali menangis, aku mengelus kepalanya, mencoba menenangkan perasaan hatinya sekarang, dia melihat kearahku, wajah yang manis itu di basahi air matanya.
“benarkah kau mau menemaniku?” wajahnya cemberut manis dengan air mata membasahi kedua pipinya.
“aku ada di sini sekarang, bersamamu, maka tersenyumlah Harori.” sambil menghapus air matanya lagi, dia tersenyum dan kembali memelukku dengan erat dan kuat.
“a-apa kau akan memelukku seperti ini terus” aku terkekang oleh pelukannya
“a-aa, maafkan aku, kau baik-baik saja?” Harori melepas pelukannya
“aku baik-baik saja, kau sangat kuat hahaha” aku tertawa, raut wajah manis namun cemberut namun dia akhirnya bisa tersenyum dan tertawa lagi.
Angin malam di atas bukit Black mountain terasa sangat dingin, aku membuat api unggun dan duduk di sekitar api tersebut untuk menghangatkan tubuh kami.
“apa kau sudah merasa baikan?” aku memberanikan diri bertanya mengenai kondisinya
“aku tidak bisa menentukan kemana aku harus menjalani hidupku..” dia menunduk
“hmm, setiap kehidupan memiliki takdir dan tujuannya sendiri, apa kau mempunyai tujuan untuk hidupmu?” tanyaku padanya
“aku bingung, sebenarnya aku menginginkan kebebasan namun banyak orang yang memerlukanku di sana, mereka menginginkanku menjadi seorang bintang namun mereka tidak tahu bahwa bintang itu bisa redup dan mati, aku tidak tahu mau berbuat apa..” Harori bermuka masam
“lalu apa yang kau lakukan di tempat ini?” aku bertanya dan dia hanya menggelengkan kepalanya
“sangat berbahaya jika kau sendirian ketempat-tempat seperti ini” aku menasehatinya
“aku hanya ingin kebebasan.” jawabnya pelan, aku merebahkan diri dan melihat kelangit malam yang gelap.
“lihat bulan yang terang itu, hanya ada satu bulan yang mengitari bumi ini, namun dia bersinar sangat terang, terkadang awan hitam menghalangi cahayanya membuat malam menjadi sangat gelap, meskipun hanya sementara” jelasku
“tapi bulan itu sendirian, tidak ada yang menemaninya…” jawab Harori menunduk sedih
“Bulan tidak selalu sendiri, kau bisa lihat bintang-bintang disekelilingnya kan?” jelasku
Harori melihat ke atas dan memang nampak banyak bintang yeng bergemerlap menghiasi langit malam
“dia tidak sendiri, bintang-bintang selalu menemaninya.” Harori tertegun melihat ke atas langit dan kemudian tersenyum.
“ya, aku melihatnya! Bintang-bintang itu juga bersinar” dia terpana merasakan begitu banyak bintang yang menemani terangnya cahaya bulan.
“dan apakah kau tau kenapa bulan itu bersinar terang?” Harori melihat ke arahku bingung serta menggelengkan kepalanya, aku kembali melihat bulan dan mejelaskan.
“Bulan terang karena ada matahari menyinarinya, meskipun matahari berada sangat jauh, tapi sinarnya selalu ada mengawasi dimana bulan itu berada, matahari dan bulan serta bintang sama-sama berada di langit yang luas, semua bisa kita lihat dari bumi ini.”
Harori terdiam, dia mendekatkan badannya sambil ikut merebahkan diri disampingku, dia tersenyum seperti merasakan sesuatu yang berbeda dalam dirinya, semoga aku bisa membuatnya merasakan kebebasan yang dia impikan, dan kamipun melewatkan malam berdua di bawah bulan yang terang.


Chapter XII : Farewell

1 tahun berlalu, waktu memang terasa begitu cepat, ibarat pedang yang tajam namun suatu saat akan tumpul dengan sendirinya. Kesibukanku semakin banyak, setelah kenaikanku menjadi seorang Inquisitor akhirnya aku dipromosikan untuk memimpin sebuah Guild yang bernama Infernia. Aku merekrut berbagai anggota mulai dari anggota inti yaitu anggota veteran sampai ke bagian anggota pemula. Aku banyak bertemu sahabat-sahabat baru dari berbagai kalangan adventurers di Saint Haven. Beberapa di antara para anggota yang menemaniku yaitu Kiiritho seorang Barbarian, Riska si Pyromancer, Dhanny seorang Lunar Knight, Doruga seorang Saint, Eliest si Wind Walker, Huue seorang Barbarian, dan Scorpio seorang Gladiator juga tentu masih banyak anggota lain yang tidak kesebutan dan semua selalu membantuku dalam setiap Quest yang ada di Saint Haven. Bagaimana dengan Harori? Apakah selesai sampai disitu saja? Ya, dia kembali dengan semangat Idolnya, dia memang seorang bintang yang tenar se-Verathea, dia seakan bisa kembali mengepakan sayapnya dan berusaha terbang lebih tinggi lagi dari sebelumnya. Aku dan dia? Tentu saja kami masih berhubungan, meskipun jelas cukup jauh jarak yang memisahkan kami namun aku dan dia masih bertegur sapa dalam tulisan surat yang dikirimkan melalui Nye Nye, dia pernah mengatakan dalam suratnya bahwa dia merasa sangat senang dan bahagia bisa bertemu denganku, seperti ada harapan baru dalam hidupnya, aku pun tersenyum dan senang jika dia akhirnya bisa meraih kebebasan dan mimpinya bersama dengan para fans tanpa diliputi perasaan kesendirian lagi.

Musim panas berganti menjadi musim gugur dimana iklim menjadi dingin, dedaunan mulai rontok dari pohonnya, sebuat surat perintah datang kepadaku, aku membukanya perlahan dan membacanya ternyata aku beserta anggota veteran guild Infernia ditugaskan untuk menuju tempat dimana dunia baru ditemukan, perasaan senang dan sedih berkecamuk di dalam hatiku.
“akhirnya aku harus meninggalkan kota yang damai ini, apa yang harus aku katakan padanya?”
Dunia baru, dimana para adventurers akan pergi dalam jangka waktu yang lama, ada yang kembali namun ada juga yang hilang kabarnya sampai saat ini.
“ini sudah kewajibanku, aku harus bisa menghadapinya…”
Keberangkatanku masih 3 minggu lagi dan aku menulis pesan singkat dalam suratku ke Harori dan 3 hari kemudian sebuah surat datang padaku disana dia menyebutkan bahwa sebelum aku berangkat dia memintaku untuk bertemu di bukit Black Mountain tempat kami bersama dulu, aku tersenyum, dalam benakku mungkin ini kesempatan terakhir untuk melihatnya.
Tepat pada hari aku akan berangkat bersama para anggota guild yang lain, aku pun menyempatkan pergi ke bukit Black mountain untuk menemuinya, dia pasti bersusah payah telah meluangkan waktunya untuk datang menemuiku maka aku hargai usahanya itu.
Sesampainya di bukit Black mountain, sama seperti dahulu, dengan jubah berwarna biru kesukaannya dia berdiri menatap langit sama seperti dimana aku menemukannya dulu, ingatan itu tidak akan aku lupakan seumur hidupku, bagaikan sebuah harta yang tidak ternilai harganya, kenangan bersama dirinya, Harori.
Harori?” dia membalikkan badannya, melihatku kemudian tersenyum manis menatap ke arahku.
“apa kau baik-baik saja?” aku menanyakan kondisinya
“ya, aku baik-baik saja, bagaimana denganmu?” dia bertanya kembali
“aku masih bisa berjalan dan menemui seorang Idol ternama disini” aku tersenyum dan dia juga ikut tersenyum
“tempat ini menyimpan begitu banyak kenangan dan aku sangat menyukainya. Bulan, bintang, suara sunyi dan senyap serta kita pada malam itu.” dia mengenang masa lalu.
“tidak ada bulan saat ini, hanya terlihat matahari bersinar hangat yang berada di atas langit yang biru.” jelas Harori
“bagiku bulan bagaikan matahari, mereka sama-sama bersinar terang, mereka terlihat tidak pernah bersama, namun mereka akan saling merindukan, pertemuan mereka akan menjadi kejadian alam yang luar biasa.” aku menjelaskan padanya.
“Gerhana?” Harori melanjutkan
“ya, gerhana lah yang muncul jika pertemuan itu terjadi, meskipun dalam waktu yang lama, namun aku yakin itu pasti akan terjadi dan seluruh makhluk hidup akan takjub melihatnya.” aku kembali menjelaskan, dia terdiam dan tertegun melihatku.
“Harori, ada sesuatu untukmu.” aku memberinya sebuah kotak, Mystery G-box pemberian GM dari quest pertamaku, aku memberinya dengan harapanku di dalamnya
“u-untukku?” Harori bertanya
“iya, bukalah” Harori membukanya, benda itu bersinar dan membentuk harapan terbaik dari apa yang diimpikan pembukanya.
“terima kasih!” Harori tersenyum dan gembira, sebuah Syal berwarna unggu, kainnya selembut sutra dan sangat harum serta nyaman digunakan, betapa senangnya aku bisa melihat senyum gembiranya
“biar aku memakaikannya padamu.” kukenakan Syal itu padanya, terlihat cantik dan manis sekali.
“rasanya hangat, terima kasih Tyrrz.” dia tersenyum kepadaku
"Tyrrz?" Dengan wajah tersenyum namun ragu dia menatapku dan bertanya.
"jadi apakah kita bisa bertemu lagi?". Aku hanya bisa tersenyum dan menjawab,
"mungkin kita akan bertemu lagi Harori." ada apa denganku? Apa hanya itu yang bisa aku ungkapkan padanya setelah apa yang kami jalani bersama selama ini..
"apa kau benar-benar ingin bertemu denganku lagi?" Harori bertanya gelisah.
"tentu saja, siapa yang tidak ingin bertemu denganmu lagi bahkan semua orang ingin bertemu denganmu.” Jawabku bercanda dengan tawa kecil
"tidak semua orang sepertimu, aku ingin kita bisa selalu bersama setiap saat.." Harori menundukkan kepalanya, aku terkejut. benar, Di balik ketenarannya menjadi seorang Idol Verathea dia juga merasakan kesepian, Hanya aku yang selama ini telah menemaninya dalam canda tawa bahkan tangisnya meskipun dalam bentuk tulisan tapi aku sangat memahami apa isi hati Harori saat itu, dan sekarang aku harus pergi meninggalkannya.
"kita pasti akan bertemu lagi" sambil mengelus halus kepalanya.
"meskipun aku pergi dan berada jauh darimu namun aku akan selalu ingat bahwa ada seseorang yang menantikanku disini, di tempat ini." Harori tersenyum manis namun air mata yang dia tahan akhirnya membasahi pipinya.
"janji?" sambil mengarahkan jari kelingkingnya padaku, kuhapus air mata dari pipinya dan memberikan jari kelingkingku padanya sehingga kami terikat oleh janji.
“ya, dunia memang luas tapi akan terasa sempit tanpamu nanti, jadi tunggu lah, aku berjanji akan selalu bersamamu lagi, tersenyumlah Harori-ku
“aku akan selalu menunggumu..” dia tersenyum, senyuman anggun yang mungkin tak akan pernah aku lupakan.
“umm, apa bisa kau menyebut namaku sambil terpejam” Harori bertanya
“huh? Seperti ini? Ha..ro..”
“chu~” aku terkejut, sebuah ciuman hangat aku rasakan di bibirku, aku membuka kedua mataku, Harori memelukku erat, aku pun memeluknya, ku tatap wajahnya.
H-harori, a-aku..” Harori menutup bibirku dengan jari telunjuknya..
“Selalu.. aku akan selalu menunggumu.. hingga kau kembali datang dan memelukku lagi..” aku mengerti perasaannya, dia memberiku suatu harapan dan semangat agar bisa bertemu kembali.
“Pasti!” jawabku tegas.
kuangkat perisai dan wand-ku, aku tersenyum padanya mungkin ini merupakan senyum terakhir yang bisa dia lihat tapi aku tidak menyesalinya, kubalikkan tubuhku berpaling darinya dan mulai berjalan menjauhinya, semakin jauh semakin besar rasa ingin bertemu dengannya, mencoba ingin kembali melihat wajahnya namun terlalu berat untuk melihatnya menangis lagi.. terima kasih Harori, terima kasih untuk segalanya, Aku akan kembali, bersamamu lagi, suatu saat nanti.


~Fin~ 



Credit
Dragon Nest Indonesia
Server : Vestinel
Event : Harori Fans Club
2013

From Author : 
Halo semua, terima kasih telah membaca Fanfic ini, memang sudah sangat lama saya pensi main game MMORPG Dragon Nest tapi kenangannya masih selalu membekas di hati, fanfic ini saya tulis untuk event Harori Fans Club tahun 2013 dan saya fix tahun 2018. Semoga kalian bisa terhibur dengan membaca fanfic sederhana ini terutama para DN lovers.  
©facebook.com/tsuya3

 

No comments:

Post a Comment